Anggota DPRD Kaltim Sofyan Alex mengkritisi penurunan produksi padi dan belum berhasilnya target dinas terkait dalam mencapai produksi padi sebanyak 680.824 ton Gabah Kering Giling (GKG. <p style="text-align: justify;">"Pada 2010 produksi padi Kaltim mencapai 588.877 ton GKG, namun pada 2011 turun menjadi 565.337 ton GKG, sehingga target produksi pada 2011 yang sebesar 680.824 ton GKG tidak tercapai," kata Sofyan Alex yang juga mantan Kadistan Kalimantan Timur (Kaltim) di Samarinda, Kamis.<br /><br />Sofyan Alex yang di DPRD Kaltim duduk di Komisi III Bidang Pertanian ini mengatakan, tidak tercapainya target produksi dan menurunnya produksi padi di Kaltim tersebut, lantaran ada beberapa hal yang menjadi masalah dan harus segera dicarikan solusinya.<br /><br />Hal yang perlu diatasi itu adalah, terkait konversi (alih fungsi) lahan besar-besaran yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, yakni lahan pertanian menjadi lahan tambang batubara, perkebunan dan pemukiman.<br /><br />Sejak 2006 hingga 2010 terdapat 12.000 hektare sawah yang beralih fungsi menjadi tambang batubara dan perkebunan sawit.<br /><br />Sedangkan pemerintah hanya mampu menambah luasan lahan yang ditanami sekitar 1.000 hektare per tahun. Saat ini luas sawah yang tersebar di 14 kabupaten dan kota di Provinsi Kaltim hanya 111.322 hektare.<br /><br />Sementara khusus untuk luas sawah di Samarinda juga terus mengalami penurunan hingga rata-rata 200 hektare per tahun. Pada 2005 terdapat 9.260 hektare, 2006 turun menjadi 9.018 hektare, dan hingga akhir 2010 total lahan sawah di Samarinda hanya seluas 7.562 hektare.<br /><br />Masalah lainnya adalah, lanjut Sofyan, terkait produktivitas yang rendah. Hal ini terjadi lantaran sejumlah petani sering kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.<br /><br />Terkait dengan itu, dia meminta kepada dinas pertanian mengintensifkan kembali kerja sama maupun koordinasi dengan sejumlah pihak terkait. Hal ini perlu dilakukan agar penyediaan pupuk bersubsidi yang diberikan oleh pusat dapat diserap tepat sasaran dan maksimal oleh petani.<br /><br />Jika masalah pupuk dan hal lain secara teknis dapat diatasi, maka sejumlah daerah yang hanya mampu melakukan panen satu kali setahun, dapat ditingkatkan menjadi dua kali panen setahun.<br /><br />Bila perlu harus mencontoh di Desa Rempanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, karena di kawasan itu sudah dapat melakukan panen tiga kali setahun, meskipun masih sering ada kendala.<br /><br />Hal lain yang mempengaruhi turunnya produksi padi adalah terus menurunnya jumlah Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian, saat ini di Kaltim hanya tersedia sekitar 500 PPL yang berstatus PNS, dan sekitar 500 lagi merupakan PPL tenaga lepas.<br /><br />Total jumlah PPL di Kaltim sekitar 1.000 orang, sedangkan jumlah desa dan kelurahan yang ada di Kaltim mencapai 1.400 orang, padahal idealnya satu desa memiliki satu orang PPL, sehingga Kaltim harus memiliki 1.400 PPL.<br /><br />Sementara secara nasional, Dewan Pembina Pusat (DPP) Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) Mulyono Machmur, saat datang ke Kaltim beberapa waktu lalu menyatakan, bahwa di Indonesia masih kekurangan sekitar 22.000 PPL, sehingga berdampak pada kurang optimalnya memberi pengetahuan pengolahan pertanian pada petani.<br /><br />"Idealnya setiap desa terdapat satu PPL, sedangkan di Indonesia ada 73.000 desa, sementara jumlah PPL hanya 51.000 orang sehingga masih kekurangan 22.000 penyuluh," tutur Mulyono. <strong>(das/ant)</strong></p>