Ekspansi Sawit Picu Kenaikan Harga Lahan Di Kotim

oleh
oleh

Ekspansi besar-besaran perkebunan kelapa sawit dalam sepuluh tahun terakhir, turut memicu melonjaknya harga lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. <p style="text-align: justify;">"Dulu hutan belantara tidak ada yang melirik, sekarang semua sudah ada yang mengaku pemiliknya. Harganya pun sekarang sudah tinggi," kata Ragen, warga Kecamatan Kotabesi, Kamis.<br /><br />Harga lahan di Kotim terus meningkat. Untuk kawasan yang jauh dari pusat kota, lahan dijual antara Rp5-Rp7 juta/hektare. Sedangkan kawasan yang dekat kota, harga lahan berkisar antara Rp10-Rp25 juta/hektare, tergantung lokasi dan akses jalan.<br /><br />Seperti di Kelurahan Tanah Mas Kecamatan Baamang yang jaraknya relatif dekat dengan Kota Sampit, harga lahan bahkan sudah ada yang mencapai Rp 25 juta per hektare. Makin dekat lokasi lahan dengan jalan, biasanya harga lahan makin mahal karena mudah untuk akses kendaraan untuk mengangkut hasil produksi.<br /><br />Terus naiknya harga membuat banyak warga yang tergiur untuk menjual lahan milik mereka. Padahal untuk jangka panjang, lebih menguntungkan jika lahan ditanami sendiri atau bermitra dengan perusahaan perkebunan dengan sistem plasma sehingga lahan tetap menjadi milik masyarakat.<br /><br />"Saya punya dua hektare lahan yang saya kerjasamakan plasma dengan perkebunan sawit. Setelah lima tahun, alhamdulillah sekarang saya menikmati hasilnya. Tiap panen saya menerima bagian dan lahannya tetap milik saya," kata Rudi, warga lainnya.<br /><br />Dia bersyukur sudah menikmati hasil kebun plasma yang dimitrakannya dengan perusahaan. Dari hasil tersebut, dia tidak pusing lagi memikirkan biaya pendidikan anaknya sejak SMA bahkan hingga kini duduk di bangku perguruan tinggi.<br /><br />Anggota Komite I DPD RI, HM Mawardi saat reses ke Sampit, juga menyarankan masyarakat tidak menjual lahan. Masyarakat akan lebih diuntungkan jika lahan yang dimiliki dikelola sistem plasma dengan perusahaan sehingga nantinya akan dapat hasil tanpa harus menjual lahan.<br /><br />"Saya sudah bertemu masyarakat kita di beberapa tempat seperti Kabupaten Kapuas, Gunung Mas dan lainnya. Mereka yang memiliki plasma rata-rata bersyukur karena sekarang menikmati hasilnya tanpa harus menjual lahan mereka," kata pria yang pernah menjadi Bupati Kapuas.<br /><br />Mawardi menginformasikan, kini banyak pengusaha dari luar daerah seperti dari Sumatera dan Jawa ramai-ramai membeli lahan di Kalteng karena relatif lebih murah dibanding di daerah mereka.<br /><br />Di daerah asal, para pengusaha tersebut sudah menikmati keuntungan berkebun sawit sehingga mereka melebarkan sayap dengan berinvestasi di Kalteng. (das/ant)</p>