Berbeda dengan Gawai Dayak ditahun-tahun sebelumnya, pada gawai dayak XI Kabupaten Melawi yang dilaksanakan di Stadion Raden Temnggung Setia Pahlawan, Rabu Sore (26/4) tahun 2017 ini dirasa lebih istimewa. Sebab, sejumlah tamu undangan yakni etnis dayak dari Negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei. <p style="text-align: justify;">Rombongan dari luar Negara tersebut datang dengan menggunakan dua bus. Beberapa yang hadir dalam pelaksanaan gawai dayak XI Melawi diantaranya DR Dusit Jaul, presiden Sarawak Dayak Graduates Association (SDGA), Michael Jok, Presiden Sarawak Society For The Rights Of Indigenous People (SCRIP), Norina Emas mewakili SDNU dan Peter John dari Pengerusi Barisan Iban Sarawak.<br /><br />Kegiatan yang dibuka lansung oleh Bupati Melawi, Panji tersebut, juga dihadiri Forkopinda, serta sejumlah pejabat dilingkungan pemerintahan kabupaten Melawi. Serta para tokoh agama dan tokoh adat lainnya di lingkungan Melawi.<br /><br />Bupati dalam saat membuka Gawai Dayak itu mengatakan, gawai dayak adalah wujud syukur atas rangkaian kegiatan berladang atau behuma atau biasa digelar usai panen padi diselenggarakan. berharap bahwa semangat dan makna gawai kali ini harus dipahami secara benar dan tepat. Karena gawai adalah upaya menggali dan mendalami nilai-nilai luhur budaya serta pranata sosial.<br /><br />“Ngabas Tanah atau Nyorik Arok yang dijadikan tema tahun ini merupakan tahapan awal berladang itu sendiri. Sehingga saya berharap bahwa semangat dan makna gawai kali ini harus dipahami secara benar dan tepat. Gawai adalah upaya menggali dan mendalami nilai-nilai luhur budaya serta pranata sosial,” katanya. <br /><br />Lebih lanjut Ia mengingatkan suku bangsa dayak tak dapat dipisahkan dari sistem atau nilai budaya nasional. Kabupaten Melawi akan dikenal sebagai kabupaten yang baik bila kita mampu menunjukkan praktek kehidupan yang bernilai baik pula. <br /><br />“Sehingga keluarga besar suku dayak harus memahami dan bangga ketika kita juga punya tanggung jawab besar serta punya kemampuan memelihara, meningkatkan dan mempersembahkan nilai luhur budaya dayak ini,” katanya. <br /><br />Sebagai bagian dari NKRI, Panji juga menegaskan tanggung jawab etnis dayak untuk bersama mengawal dan menjaga kedaulatan Negara. Deengan tanggung jawab ini, jangan sampai suku dayak lengah dan lalai. “Kita dituntut ikut mengawal tegaknya NKRI,” katanya. <br /><br />Dipaparkan Panji, gawai dayak memiliki enam nilai, yakni sebagai wujud syukur, nilai peringatan, nilai taat hokum, ucapan terima kasih atas kegotongroyongan masyarakat serta ajang silaturami semua manusia. “Gawai juga mencerminkan nilai seni dan hiburan yang menjadi ungkapan kebahagiaan ketika orang dayak ini berkumpul,” katanya. <br /><br />Disisi lain, Panji juga mengingatkan dalam suasana gawai kerap ada minuman khas yakni tuak, namun bukan untuk menjadi ajang mabuk mabukan. Bukan untuk memunculkan keberanian atau ajang pamer kekuatan. <br /><br />“Tapi itu adalah sarana berkumpul dalam kebahagiaan bersama semata,” ucapnya.<br /><br />Ditempat yang sama, Ketua panitia, Sofian Hadi, menerangkan tema yang diangkat tahun ini berkaitan dengan awal dimulainya orang akan berladang. <br /><br />“Orang kalau mau buka ladang harus terlebih dahulu mencari tempatnya dahulu. Kalau tempatnya bagus, baru akan dilanjutkan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal,” jelasnya.<br /><br />Walau digelar lebih awal, sofyan berharap pelaksanaan akan lebih sukses dan lancar karena persiapan sudah maksimal. Antusias masyarakat juga lebih tinggi pada tahun ini. seperti biasanya, dalam kegiatan gawai dilaksanakan pameran stand, display budaya, upacara adat, pergelaran kesenian daerah, lomba lagu daerah dewasa, lomba lagu dayak dewasa, lomba lagu dayak remaja. Kemudian lomba bujang dara gawai, lomba busana dayak dewasa, lomba busana dayak anak-anak. Terus, lomba tari dayak kreasi, lomba sastra lisan, lomba melukis perisai, lomba memahat. Lomba mengayam, lomba luliner khas dayak, lomba sumpit, lomba gasing dan lomba songeng. (KN)</p>