Gawai harus fokus untuk bersyukur kepada Tuhan atas rezeki yang diperoleh melalui hasil panen, kesehatan dan kelancaran proses selama berladang. Hal tersebut diungkapkan Anggota DPRD Kabupaten Sintang, Agustinus Aci saat menghadiri Gawai Nyelapat Taun Dayak Sekujam di Desa Bedayan Kecamatan Sepauk pada Minggu, (28/05/2017). <p style="text-align: justify;"><br />“Konsep gawai jangan sampai berubah dari bentuk ungkapan syukur kita kepada Tuhan menjadi pesta pora. Gawai sangat penting namun jangan sampai minum mabuk, jangan membuat gawai bergeser maknanya,” kata Agustinus.<br /><br />Selain itu kata Wakil Rakyat daerah pemilihan (Dapil) Tempunak-Sepauk ini Gawai harus diisi dengan hal-hal positif dan dijadikan wadah untuk melestarikan seni budaya daerah dan adat-istiadat.<br /><br />“Saya sangat mendukung dan menyambut baik kegiatan gawai ini, tonjolkan juga seni budaya Dayak Sekujam. Kalau perlu gali seni budaya yang mulai dilupakan,” terang Agustinus Aci.<br /><br />Lebih lanjut dikatakan Agustinus, memasuki jaman yang semakin modern dan diikuti dengan perubahan sosial masyarakatnya, upaya untuk mengembangkan dan melestarikan seni budaya daerah dan adat istiadat merupakan hal yang sangat penting. Harapannya, ada upaya yang seimbang antara melestarikan seni budaya dengan semakin modernnya suatu masyarakat.<br /><br />“memang menjadi tantangan besar, namun seni budaya dan adat-istiadat harus terus dilestarikan agar tidak punah. Di tengah jaman yang semakin modern ini gawai harus tetap pada arusnya, jangan sampai bergeser makna,” tandas Agus.<br /><br />Bujin Tumenggung Wilayah VIII menyampaikan bahwa gawai ini untuk menutup dan memulai musim berladang.<br /><br />“Gawai Nyelapat Taun dilaksanakan untuk membatasi masa berladang yang ada di Sub Suku Dayak Sekujam. Berhasil atau tidak dalam berladang, kita harus tetap bersyukur kepada Tuhan. Maka tadi acara kami awali kegiatan ini dengan menggelar ibadat di gereja barulah acara adatnya,” Kata Bujin.<br /><br />Bujin berharap warga Sub Suku Dayak Sekujam terus maju dan berkembang tanpa melupakan adat istiadat yang sudah ada sejak nenek moyang.<br /><br />“Sebelumnya kami sudah melaksanakan ritual muat rampa semangat padi dan hari ini kita melaksanakan gawai nyelapat taun. Saya sangat senang seluruh warga berpartisipasi untuk mensukseskan gawai ini,” pungkasnya. (Hms/red)</p>