Gerakan Sayang Ibu Digelar di Merapi

oleh
oleh

Tim penilai Gerakan Sayang Ibu (GSI) tingkat Provinsi Kalbar tahun 2014 mengunjungi Desa Merapi, Kecamatan Sekadau Hilir, Selasa (23/9/2014). <p style="text-align: justify;">Kedatangan tim yang didampingi Wakil Bupati Sekadau serta sejumlah pimpinan SKPD di lingkungan Pemkab Sekadau itu bertujuan untuk melalukan proses penilaian pada Desa Merapi yang mewakili Kabupaten Sekadau di ajang tersebut. <br /><br />Kepala Bidang Perlindungan Perempuan, Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak, Masyarakat, dan Keluarga Berencana Provinsi Kalbar, Tuti Sumarni dalam sambutanya mengatakan, pihaknya mengapresiasi komitmen Pemkab Sekadau dalam menggiatkan gerakan sayang ibu. <br /><br />“Kami mengapresiasi komitmen Pemda dan masyarakat Sekadau dalam mendukung program sayang ibu dan anak yang bermuara pada upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi,” ujar Tuti. <br /><br />Tuti mengungkapkan, Kabupaten Sekadau  telah berhasil menurunkan tingkat kematian ibu dan anak semenjak program GSI berjalan 10 tahun terakhir. Melalui kegiatan revitalisasi, diharapkan semua daerah dapat mengintensifkan kembali program GSI hingga ke tingkat desa. <br /><br />“Lomba GSI dimaksudkan untuk mengukur sampai dimana efektivitas program ini dalam rangka menekan angka kematian ibu dan bayi di provinsi Kalbar,” tambah Tuti. <br /><br />Penilaian juga dimaksudkan sebagai momentu evaluasi untuk mengetahui sejauh mana progres program yang sudah berjalan serta apa saja hambatan dalam penerapan program ini.<br /><br />“Penilaian gerakan sayang ibu ini dilakukan secara berjenjang. Yang menang akan mendapat penganugerahan oleh kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak pada peringatan hari ibu nanti,” tutur Tuti.<br /><br />Di tempat yang sama, Wakil Bupati Sekadau, Rupinus menyatakan GSI merupakan gerakan yang tepat untuk meningkatkan sumberdaya manusia dan penurunan angka kematian ibu dan bayi. <br /><br />“Jika angka kematian ibu dan bayi besar, maka indeks pembangunan manusia akan sulit berkembang,” nilai Wabup. <br /><br />Dalam penerapan GSI, peran laki-laki lebih dominan untuk mencegah kematian ibu dan bayi baik pada saat hamil, proses melahirkan, maupun masa nifas. Wabup menjelaskan, ada beberapa faktor yang menghambat laju GSI. Diantaranya adalah pengetahuan, sosial budaya, gergrafi dan akses. <br /><br />Masalah-masalah tersebut disebut dengan 3 Terlambat dan 4 Terlalu yakni terlambat dalam mengenali tanda bahaya dan memberikan pertolongan kepada ibu hamil dan melahirkan, terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan, terlambat menerima pelayanan kesehatan. Sedangkan akronim dari 4 Terlalu adalah terlalu muda menikah, terlalu sering hamil, terlalu banyak melahirkan dan terlalu tua melahirkan. <br /><br />“Jadi disini bapak-bapak diharapkan lebih peduli. Jangan mau enaknya saja. Setelah melahirkan ibu dan anaknya diperhatikan kesehatannya,” pesan Wabup. <strong>(Mto/kn)</strong></p>