Sejumlah aktivis maupun alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menilai kontroversi mengenai RUU Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta tidak produktif bagi pengukuhan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. <p style="text-align: justify;">"Prosesnya (penyusunan Rancangan Undang-Undang.red) masih sedang berlangsung dan sudah pada tahap final. Makanya, kalau ada aspirasi, silakan saja datang ke Komisi II DPR RI, tidak usah bicara `ngelantur` di media massa," kata Celsius Talumingan, Koordinator Daerah (Korda) Persatuan Alumni GMNI Sulawesi Utara-Gorontalo, Kamis (02/12/2010).<br /><br />Hal senada dinyatakan Yusrianto, aktivis GMNI Korda Provinsi Banten secara terpisah, yang menyatakan, upaya mempertentangkan pemikiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono versus Sri Sultan Hemengku Buwono X mengenai Keistimewaan Yogyakarta, merupakan perilaku resmi kelompok yang kurang suka dengan keutuhan NKRI.<br /><br />"Kita perlu mewaspadai para penumpang gelap yang gemar memanfaatkan potensi konflik untuk kepentingan menggoyang keutuhan negeri kita," ujarnya.<br /><br />Sama seperti Celcius Talumingan, ia mengajak semua pihak yang berkepentingan agar bisa menahan diri, tidak mudah terpancing untuk membenturkan kepentingan sesaat, karena hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.<br /><br />"Kan sudah jelas, `Keistimewaan Yogyakarta` itu ada tujuh, dan enam yang utama sudah disepakati, tinggal satu lagi, apakah pemilihan gubernur dan wakil gubernurnya melalui proses konvensional dipilih langsung rakyat, atau hanya penetapan. Begitu saja kok repot. Kan ada kompromi politik. Kita gunakan koridor itu saja, dan itu sah juga," tegas Yusrianto.<br /><br />Pengalihan Isu<br /><br />Sementara itu, Celsius Talumingan mengingatkan kontroversi perbedaan pemikiran tentang keistimewaan Yogyakarta mungkin saja digunakan pihak-pihak tertentu sebagai untuk mengalihkan isu.<br /><br />"Ini perlu diwaspadai pula. Kita digiring untuk buang-buang energi dan waktu pada kontroversi tidak produktif ini, lalu isu strategis lainnya seperti pemberantasan korupsi, pemberantasan mafia pajak dan lain sebagainya terabaikan," katanya.<br /><br />Celsius Talumingan menunjuk pengalaman selama ini, tak jarang isu-isu tertentu sengaja diangkat ke permukaan hanya untuk kepentingan mengalihkan perhatian publik terhadap kasus-kasus besar atau suatu mega skandal yang melibatkan para elite.<br /><br />"Karena itu, rakyat jangan mau lagi digiring pada sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu menyita terlalu banyak energi serta waktu secara percuma," ujarnya.<br /><br />Celsius Talumingan yang kini menjadi salah satu anggota formatur hasil Kongres Ke-2 PA GMNI di Surabaya mengatakan, bagi organisasinya, "Keistimewaan Yogyakarta" merupakan salah satu khasanah kultural untuk memperkuat kebhinnekaan Indonesia. <strong>(phs/Ant)</strong></p>