Hampir Sebulan Warga Banjarmsin Sulit Peroleh Elpiji

oleh
oleh

Sudah hampir sebulan belakangan ini warga Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan kesulitan memperoleh elpiji, seiring diberlakukannya konversi minyak tanah ke elpiji. <p style="text-align: justify;">Berdasarkan keterangan di Banjarmasin, Minggu menyebutkan, sulitnya memperoleh Elpiji lantaran sejumlah pangkalan penjual elpiji di kota ini juga sudah hampir sebulan mengalami kekosongan jenis bahan bakar pengganti minyak tanah itu.<br /><br />Seperti dialami keluarga Hj Nurul Lathifah sudah tiga pekan lebih mencari elpiji ke sejumlah Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru, dan Banjarmasin, yang biasa menjual jenis bahan bakar tersebut, dalam keadaan kosong.<br /><br />Akhirnya karena takut kehabisan persediaan elpiji yang sedang terpakai di rumah, ibu dari dua anak itu terpaksa membeli bahan bakar berupa gas tersebut di mini maket, dengan harga mahal.<br /><br />Sebagai contoh pada mini market yang di kawasan Banjar Indah Jl A Yani Km5,5 Banjarmasin, harga isi elpiji 12 Kg Rp130.000 dan itupun persediaan terbatas.<br /><br />Sementara pada mini market lain di kawasan Kelurahan Pemurus Dalam Banjarmasin, menjual isi elpiji 12 Kg seharga Rp195.000, itupun barangnya belum ada atau masih menunggu bagian jatah sebnyak enam tabung.<br /><br />Menanggapi kesulitan warga mendapatkan elpiji, Wakil Ketua Komisi III bidang pembangunan dan instrastruktur DPRD Kalsel, H Achmad Bisung menyatakan, turut prihatin atas keadaan tersebut.<br /><br />Wakil Ketua Komisi III DPRD Kalsel yang juga membidangi pertambangan dan energi (termasuk bahan bakar) serta perhubungan dan perumahan rakyat itu, menyayangkan kinerja Pertamina yang seakan tak pernah beres mengurusi pekerjaannya.<br /><br />"Bayangkan, masyarakat sudah disusahkan dengan penarikan minyak tanah bersubsidi, kemudian disusahkan lagi dengan kesulitan mencari elpiji, sehingga yang namanya elpiji bersubsidi pun sekarang tak ada lagi," katanya.<br /><br />"Kita dapat lihat dan saksikan sendiri, yang namanya gas elpiji tiga kilogram (3 Kg) yang disebut bersubsidi dengan harga paling mahal Rp15.000, kini sudah menjadi Rp20.000, bahkan lebih," tuturnya dengan nada keras.<br /><br />Oleh sebab itu, pemerintah dalam hal ini Pertamina selaku operatur pelayanan jasa penyedia Bahan BakarMinyak (BBM) dan gas elpiji agar segera mengupayakan ketersediaan kebutuhan masyarakat tersebut, jangan sampai menimbulkan keresahan berkepanjangan, demikian Bisung. <strong>(phs/Ant)</strong></p>