Harga Bensin Asal Malaysia Di Perbatasan Capai Rp. 9000/liter

oleh
oleh

Harga Bensin asal Negara Malaysia yang menjadi andalan masyarakat di daerah perbatasan, biasanya dijual dengan harga Rp. 7000/liternya, namun berbeda dengan kondisi saat ini, rata-rata sejumlah kios khususnya di Kecamatan Badau menjual Bensin mencapai Rp. 9000 bahkan ada yang Rp. 10.000/iter. <p style="text-align: justify;">“Kita tidak tahu alasannya, kenapa bensin tersebut tiba-tiba naik. Kenaikan harga bensin di perbatasan baru kali ini terjadi, sebelum-sebelumya tidak semahal ini. Itupun terjadi setelah Hari Raya Idul Fitri." Tutur Agustinus salah satu warga Kecamatan Badau, Minggu (02/09/2012).<br /><br />Dijelaskan Agustinus, Bahan Bakar Minyak (BBM) asal Malaysia  masuk ke daerah perbatasan secara illegal, meskipun melewati aparat yang berjaga di Pos penjagaan. Biasanya dalam pengangkutan BBM tersebut mereka menggunakan mobil jenis Helux Malaysia, dalam sekali angkut berdrum-drum. Namun terlepas dari proses masuknya barang-barang asal Malaysia tersebut , masyarakat perbatasan  sangat ketergantungan dengan produk dan barang-barang Malaysia.<br /><br />“Tidak bisa dipungkiri, masyarakat perbatasan masih sangat tergantung dengan barang dan produk Malaysia, sebab Jika  mengharapkan barang-barang ataupun BBM  dari Negara Kita, kemungkinan masyarakat perbatasan tidak mampu membelinya, yang jelas biaya transportasi atomatis tinggi," terangnya.<br /><br />Menurut Agustinus, ketergantungan akan barang Malaysia tidak hanya dilakukan masyarakat, namun pihak perusahaan juga mendatangkan barang-barang asal Malaysia.<br /><br />"Mesti ada minimal satu SPBU milik Pemerintah, dengan demikian harga BBM tidak akan melambung tinggi, dan masyarakat perbatasanpun bisa menikmati BBM asal Indonesia." Pintanya.<br /><br />Tidak hanya sembako dan BBM bahkan untuk kebutuhan pembangunan di daerah perbatasan saja masih mendatangkan  dari Malaysia seperti halnya Semen, di Nanga Badau sendiri Semen Malaysia dijual dengan harga Rp. 80.000/Sak, nah sedangkan Semen asal Indonesia di jual dengan harga Rp. 100.000/sak.<br /><br />"Masyarakat juga tidak bisa dipersalahkan, sebab selama ini Pemerintah tidak mampu memperhatikan daerah perbatasan, terutama untuk produk dan barang strategis yang menjadi kebutuhan masyarakat, Kita jujur saja masyarakat lebih memilih berbelanja ke Malaysia ketimbang ke daerah Kita sendiri," katanya.<strong> (phs)</strong></p>