Harga Karet yang semakin anjlok saat ini. jika dua pekan lalu harga karet masih diangka Rp. 5500 per kilogramnya, pada minggu ini harga karet semakin anjlok hingga menginjak diangka Rp. 4000 sampai Rp. 4500 per kilogramnya. <p style="text-align: justify;">Hal ini jelas membuat masyarakat khususnya petani karet semakin berat. Terlebih menjelang bulan suci ramdhan. Masyarakat hanya bisa pasrah dan terus berusaha untuk memperoleh hasil karet yang baik. Sementara penampung tak ada daya upaya untuk mempertahankan harga karet naik jika dipabrik sudah menurunkan harga.<br /><br />“Kami sebagai petani hanya bisa berusaha untuk bertahan hidup. Kalau tidak noreh, maka tidak makan kami. Tak ada kerjaan lain yang bisa kami andalkan untuk menopang ekonomi keluarga,” kata Muhlidin, seorang petani karet Nanga Pinoh, Selasa (2/5).<br /><br />Lebih lanjut Ia mengatakan, pihaknya selaku petani hanya bisa mengharapkan pemerintah, baik Kabupaten, Provinsi maupun Pemerintah Pusat untuk membantu menaikan harga karet. “Meskipun harapan ini bagaikan menunggu hujan turun di musim kemarau, namun kami tetap berhara[ pemerintah bisa,” ucapnya.<br /><br />Sementara itu, seorang penampung karet, Hendra, mengaku prihatin dengan para petani karet saat ini. meskipun masih ada harganya, namun harga karet yang anjlok tidaklah sesuai dengan harga berbagai bahan pokok saat ini.<br /><br />“Ini bisa menjadi membuat petani karet beralih ke pekerjaan lain. Namun apa yang mau dikerjakan, melakukan penambangan emas di larang, begitu juga menebang kayu, itu dialarang. Kasian masyarakat,” ucapnya.<br /><br />Hendra mengatakan, pihaknya selaku penampung juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi harga karet yang anjlok saat ini. sebab harga yang ditawarkan kepada petani karet menyesuaikan harga karet dari tingkat pabrik. <br /><br />“Kami paling hanya mengambil untuk sediti saja. Jika haarga karet terus-terusan turun, maka akan membuat tingkat kriminalitas semakin meningkat. Karena di melawi ini mayoritas masih sebagai petani karet, apalagi kami yang dipeadalaman,” pungkasnya. (KN)</p>