Hasil Panen Padi Masih Rendah

oleh
oleh

Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sekadau Yohanes Bayen mengatakan kecukupan beras di kabupaten Sekadau saat ini baru mencapai 6-8 bulan. <p style="text-align: justify;">Pemerintah pusat berkali-kali mengaungkan dan membuat program ketahanan pangan guna pemenuhan kebutuhan pokok dari bidang pertanian. Meski demikian sejumlah kendala masih dihadapi Pemeeintah pusat maupun daerah dalam mencapai swasembada pangan secara nasional.<br /><br />“Kekurangan hasil panen  lokal ini disebabkan beberapa kendala seperti, tidak produktifnya hasil padi,” ungkap Bayen belum lama ini.<br /><br />Ia mengatakan, yang menjadi permasalahan adalah tidak produktifnya hasil panen padi petani disebapkan ketergantungan sawah dengan alam sangat tinggi. Untuk Kabupaten Sekadau, ia menjelaskan, terhitung sebanyak 77 persen sawah merupakan sawah tadah hujan yang sangat bergantung dari curah hujan. Dalam kondisi kemarau maka produksi padi petani akan sangat minim sehingga angka kecukupan padi sangat jauh dari cukup.<br /><br />“Beberapa wilayah sentra penghasil beras di Kabupaten Sekadau antara seperti desa Semabi, Merbang, Rawak Hulu. Dengan total luas lahan sawah di Sekadau sekitar 15.000 Hektar dengan produksi 26.000 ton per tahun,” jelasnya.<br /><br />Sedangkan untuk sumberdaya manusia tenaga Penyuluh lapangan (PPL) di Kabupaten Sekadau sampai saat ini yang  berstatus PNS sebanyak 40 orang. Dan 30 orang PPL berstatus kontrak, serta 20 orang PPL swadaya kelompok tani.<br /><br />Pihaknya mengklaim guna meningkatkan hasil produksi beras, juga mendorong PPL untuk membina kelompok tani agar membentuk Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LPPM) yang akan menjadi wadah untuk penyaluran gabah petani sebelum dijual ke pihak penampung.<br /><br />“Bulog sudah menyatakan kesiapan untuk menampung gabah petani dengan harga yang dapat menjamin perekonomiam rumah tangga petani padi.tetapi petani tidak ada yang menjual gabah mereka ke Bulog,” ungkapnya.<br /><br />Pihaknya juga di dorong petani  untuk mendaftarkan kelompok tani mereka  ke kementrian pertanian. Hal ini disebabkan adanya aturan pemerintah dan kementrian untuk pembatasan kelompok tani melalui pendaftaran kelompok tani di kementrian guna mempermudah adanya penyaluran bantuan peralatan pertanian, bibit dan pupuk kepada petani dan meminimlisir adanya penyimpangan.<br /><br />Baye mengatakan, 2016 mendatang Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan kabupaten Sekadau akan mencoba varietas bibit padi unggulan dari pemerintah, yakni bibit padi Hazton yang sudah lolos uji coba dengan hasil panen padi mencapai 12.5 ton per hektar setiap lahan.<br /><br />“Tahun depan kita juga akan menyiapkan lahan seluas 700 hektar,  yang akan kita tanami  bibit padi unggulan Hortozon. Diharapkan dari 700 hektar lahan Demplot untuk percontohan bibit padi Hortizon ini akan menghasilkan padi sekurang-kurangnya sebanyak 8.750 ton gabah,” harap Bayen.<br /><br />Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sekadau Sabas mengatakan, untuk data hasil panen padi Januari sampai dengan November masih dalam penghitungan. Meski demikian berdasarkan data pada 2014, dari 15.454 hektar lahan sawah dengan luas tanam 12.945 Ton, menghasilkan 21.73 Ton.<br /><br />“Permasalahan ketidak cukupan hasil panen padi dari berbagai faktor seperti malasnya petani menanam padi, dikarenakan hasil produksi padi tidak ada yang menampung sehingga padi hanya untuk kebutuhan rumah tangga petani tidak dijual keluar,” jelas Sabas.<br /><br />Selain itu, ia menjelaskan kendala alam juga menyebabkan produktivitas hasil panen padi di tingkat petani menurun. Sehingga petani merasa malas untuk menanam padi di musim tanam selanjutnya. Persoalan lain adalah tidak bertambahnya lahan sawah petani disebapkan minimnya lahan untuk perluasan sawah.<br /><br />Meski demikian, Sabas meyakini, jika dari 15.000 hektar ditanami padi dua kali setahun maka kebutuhan beras di kabupaten Sekadau akn tercukupi.<br /><br />Perhitugannya, kebutuhan beras per individu sebanyak 114.68Kg/Tahun dikali jumlah penduduk Kabupaten Sekadau. Meski demikian dengan banyaknya permasalahan terutama mengubah pola pikir petani untuk memfokuskan pertanian padi sangat susah. “Petani banyak yang beralih pada perkebunan kelapa sawit dan pekerjaan lainya, sehingga tidak sedikit lahan sawah yang ada tidak produktif atau dimanfaatkan untuk menanam padi,” pungkasnya.[KN]</p>