Imlek, Aktivitas Pertokoan Di Pontianak Berhenti

×

Imlek, Aktivitas Pertokoan Di Pontianak Berhenti

Sebarkan artikel ini

Aktivitas pertokoan di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Kamis, di dua kawasan Pecinan, yakni Jalan Gajah Mada dan Tanjungpura yang merupakan urat nadi perekonomian di kota itu berhenti karena sebagian besar pemilik toko warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2562. <p style="text-align: justify;">Dari pantauan ANTARA didua kawasan pecinan itu, tidak ada satupun toko milik warga Tionghoa yang buka, kalaupun ada yang membuka pemiliknya di luar warga Tionghoa, sehingga jalan di dua jalur itu sepi dan lengang. <br /><br />Ayau salah seorang pedagang sembako di Pasar Famboyan Pontianak, mengatakan, dirinya baru akan membuka toko sembakonya empata hari kemudian atau Senin mendatang (7/2). <br /><br />Menurut dia, petuah atau pesan orangtuanya meskipun hidup susah apalagi sudah senang, aktivitas sehari-hari seperti berdagang harus ditinggalkan untuk melakukan silaturahim ke rumah sanak famili. <br /><br />"Apalagi perayaan Imlek hanya setahun sekali sehingga kami manfaatkan untuk melakukan silaturahim ke rumah keluarga dan tetangga terdekat," kata Ayau. <br /><br />Ayau menjelaskn, tradisi di keluarganya setelah melaksanakan sembahyang di kelenteng, ia dan keluarganya berkumpul untuk melakukan silaturahim atau acara bermaaf-maafan, yaitu anggota keluarga yang lebih muda bersujud pada orang tua. <br /><br />Kemudian, ia dan keluarga melanjutkan tradisi mengantar jeruk Bali kepada orang yang lebih tua sebagai tanda hormat. "Tradisi mengantar jeruk Bali rutin kami lakukan setiap tahun," kata Ayau. <br /><br />Penulis Buku Aneka Budaya Tionghoa Kalbar Lie Sau Fat atau XF Asali, menyatakan tradisi menutup pintu dan jendela rapat-rapat menjelang pergantian Tahun Baru Imlek menurut cerita untuk menjaga keselamatan keluarga dari Nian Show (binatang) buas yang hendak memangsa siapa saja ketika dijumpai. <br /><br />"Karena cerita itulah warga Tionghoa mempercayai agar menutup pintu rapat-rapat dan menggantungkan kain warna merah didinding rumah, serta menempeli bagian depan rumah dengan kertas merah yang bertuliskan kata-kata arif dan bijak. Kami percaya setelah itu dilakukan, binatang itu tidak berani datang," kata Asali. <br /><br />Karena kepercayaan itulah, setiap rumah warga Tionghoa yang merayakan Pergantian Tahun Baru Imlek pada umumnya menutup pintu depan rumah mereka, kata Asali. <br /><br />Sementara itu, sejak pagi hingga siang, kebakaran terjadi di sejumlah rumah warga Tionghoa di Kota Pontianak yang sedang kosong karena pemiliknya pergi bersilaturahim saat perayaan Tahun Baru Imlek 2562.  <strong>(phs/Ant)</strong></p>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.