Indonesia Mampu Swasembada Inulin

oleh
oleh

Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Didik Widyatmoko mengatakan Indonesia bisa swasembada inulin dengan memproduksi inulin dari dalam negeri. <p style="text-align: justify;">Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Didik Widyatmoko mengatakan Indonesia bisa swasembada inulin dengan memproduksi inulin dari dalam negeri.<br /><br />"Dengan inulin umbi Dahlia yang kita hasilkan ini kita bisa menggunakan inulin produksi dalam negeri dan men-‘stop’ inulin impor yang kini masih kita gunakan," kata Peneliti LIPI itu saat ditemui di Kebun Raya Cibodas dalam acara peluncurun produk Inulin dan Hut ke-159 Kebun Raya Cibodas, Senin.<br /><br />Didik menjelaskan, saat ini penggunaan inulin di Indonesia masih 100 persen mengimpor dari berbagai negara seperti Belgia, Australia, China dan India.<br /><br />Hal ini dikarenakan, kebutuhan Inulin di Indonesia cukup tinggi sementara Indonesia belum mampu memproduksi inulin.<br /><br />Inulin merupakan bahan prebiotik serat terlarut (dietary fibre) yang banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas produk pangan dalam industri pangan termasuk susu instan dan vegeta.<br /><br />"Inulin banyak digunakan oleh perusahaan susu instan, vegeta dan minuman prebiotik lainnya," kata Didik.<br /><br />Didik menyebutkan, manfaat inulin sangat banyak untuk tubuh. Mengkonsumsi inulin mampu mestabilitas mikroba (bakteri baik), menurunkan kadar kolesterol dan osteoporosis.<br /><br />Dikatakannya, inulin dari umbi Dahlia diproduksi atas kerjasama antara Kebun Raya Cibodas dengan Pusat Penelitian Kimia Bandung melalui pelaksanaan kegiatan Iptekda-LIPI.<br /><br />"Inulin dari umbi Dahlia memiliki kualitas lebih baik dari Chycory dan Artico," katanya.<br /><br />Menurut Didik, tingginya kualitas inulin Dahlia karena tingginya kadar inulin yang ada di Dahlia. Selain itu harga jual Inulin umbi Dahlian per satu kilonya mencapai Rp7 hingga 8 juta. Sedangkan Inulin Chycory dan Artico yang diimpor per 25 kilogram dijual Rp 1 juta.<br /><br />Didik mengatakan, saat ini Kebun Raya Cibodas tengah mengembangkan budi daya Dahlia di Selat Bintana Sukabumi dan Lembang Bandung.<br /><br />"Kita memiliki sekitar dua hektare lahan dipergunakan untuk budidaya Dahlia. Sisanya ada di Kebun Raya Cibodas yang diperuntukkan bagi display saja," katanya.<br /><br />Didik mengatakan, dari 1,5 hektare lahan Dahlian yang ada mampu menghasilkan tiga ton inulin.<br /><br />Didik optimis dengan kualitas dan daya dukung sumberdaya alam dan ketersedian lahan untuk budi daya Dahlian, kebutuhan inulin Indonesia bisa tercukupi.<br /><br />"Dengan produksi inulin dalam negeri, kita mampu menghentikan impor dan ini menghemat penggunaan APBN, dan kita bisa swasembada inulin," katanya.<br /><br />Selain bisa swasembada inulin, lanjut Didik, memproduksi inulin juga dapat membuka lahan pekerjaan baru bagi para petani untuk mengembangkan budidaya Dahlia sehingga memenuhi kebutuhan dasar pembuatan inulin.<br /><br />Proses pembuatan inulin itu sendiri, kata Didik memerlukan waktu cukup lama. Mulai dari 2009, saat Prof Endang Sukarna menemukan literatur yang menyebutkan umbi Dahlia memiliki kadar inulin tinggi.<br /><br />Sejak saat itu sejumlah peneliti Kebun Raya Cibodas LIPI bersama Pusat Penelitian Kimia Bandung mengembangkan produksi inulin dari umbi Dahlia.<br /><br />Pada 2010, inulin umbi Dahlia berhasil diproduksi melalui proses yang cukup rumit, mulai dari panen, proses pengupasan umbi, lalu dilumat dengan alat chopper. Ekstrak umbi dahlia yang sudah halus diperas menjadi fitrat umbi dahlia.<br /><br />Inulin hasil pengendapan, lalu inulin bentuk granular dan langkah selanjutnya inulin bentuk serbuk dengan kadar kemurnian 95 persen siap digunakan.<br /><br />Didik menambahkan, tahap awal produksi Inulin Dahlia telah digunakan oleh PT Media Karya yang ke depan diharapkan akan banyak perusahan yang memanfaatkan inulin produksi dalam negeri tersebut. (Eka/Ant)</p>