Menteri Luar Negeri Marty M Natalegawa menyatakan, Indonesia sangat berpotensi dan siap menjadi fasilitator penyelesaian damai atas konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan di Semenanjung Korea yang mengundang reaksi dari berbagai belahan dunia. <p style="text-align: justify;">"Nanti akan ada pertemuan bilateral Presiden Korea Selatan dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang memberi peluang penting untuk saling bertukar pandangan tentang masalah yang dihadapi negara itu serta bentuk kontribusi yang bisa kita beri," kata Natalegawa kepada ANTARA di Nusa Dua, Bali, Selasa petang (07/12/2010).<br /><br />Natalegawa berada di Bali untuk memimpin delegasi Indonesia dalam Forum Demokrasi Bali (BDF) III yang akan berlangsung di Nusa Dua pada 9-10 Desember.<br /><br />Menurut Natalegawa, dilihat dari ekuasi hubungan diplomatik dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik di Semenanjung Korea itu, maka Indonesia sama sekali tidak punya masalah.<br /><br />"Bagi kita, tidak tertutup untuk memfasilitasi komunikasi, dan forumnya tidak harus dalam bentuk satu atap semua pihak berkumpul bersama. Untuk saat ini, forum seperti itu akan sulit diandalkan untuk menghasilkan konsensus," katanya.<br /><br />Menurut dia, yang paling pas untuk dilakukan pada saat-saat belakangan ini adalah setahap demi setahap membangun rasa saling percaya.<br /><br />"Yang penting jangan sampai keadaan memburuk. Situasi distabilkan dulu, itu yang penting sambil tetap memastikan bahwa yang bertanggung jawab harus memikul tanggung jawabnya itu," katanya.<br /><br />Dikatakannya, permasalahan di Semenanjung Korea sangat kompleks karena banyak dimensi yang terlibat, mulai dari permasalahan antara Korea Utara dan Korea Selatan, dengan Jepang, persenjataan nuklir, China, sampai isu proliferasi yang semuanya selama ini difasilitasi dengan Forum Enam Pihak.<br /><br />Dengan semua pihak itu, Indonesia berhubungan sangat baik. Potensi Indonesia menjadi fasilitator sangat terbuka, namun semuanya dilakukan dengan cara yang tepat sasaran.<br /><br />"Dua pekan lalu China menyatakan agar pembicaraan melalui Forum Enam Pihak dimulai lagi sekalipun langsung ditolak karena saatnya tidak pas. Kapan buat seruan dan lain-lain harus pas waktu dan sasaran. Indonesia menyikapi kenyataan itu dengan melakukan sejumlah upaya kepada Korea Selatan dan China. Indonesia akan dengar langsung aspirasi Korea Selatan," katanya.<br /><br />Dalam BDF III kali ini, telah dijadwalkan pertemuan bilateral antara Presiden Yudhoyono dengan Presiden Lee Myung-bak.<br /><br />"Pesan kita ke Korea sangat jelas, yaitu tegas menolak pemakaian kekerasan apalagi sampai menimbulkan korban tidak bersalah dari kalangan sipil selain karena melanggar Piagam PBB," katanya.<br /><br />Indonesia juga menyerukan semua pihak untuk memulai lagi proses dialog dan diplomasi.<br /><br />"Pilihannya langsung dialog atau harus ada korban lagi walau ujung-ujungnya juga harus berdialog lagi. Marilah memulai dialog tanpa melupakan korban yang jatuh," katanya.<br /><br />Sementara itu, sebanyak 71 negara dan perutusan internasional telah memastikan untuk berpartisipasi dalam BDF III, selain tiga kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara sahabat.<br /><br />Ketiga kepala negara dan kepala pemerintahan itu adalah Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, Sultan Hassanal Bolkiah II dari Brunei Darussalam, dan Perdana Menteri Timor Leste Kay Ralla Xanana Gusmao.<br /><br />Presiden Yudhoyono dan Presiden Lee Myung-bak akan memimpin bersama seluruh persidangan BDF III.<br /><br />Peserta BDF III lebih banyak dari BDF I yang hanya diikuti 39 negara dan BDF II yang diikuti 42 negara.<br /><br />Sebanyak 42 negara dari 71 negara yang memastikan hadir di BDF III akan mengirim utusan setingkat menteri luar negeri atau kementerian berbeda, pejabat setingkat menteri, atau wakil menteri luar negeri. <strong>(phs/Ant)</strong></p>