Industri Kalsel Belum Tertarik Kembangkan Biodisel

oleh
oleh

Industri di Kalimantan Selatan (Kalsel) belum ada yang tertarik mengembangkan energi biodisel dari pengolahan minyak sawit (CPO) kendati potensi cukup besar. <p style="text-align: justify;">Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalsel, Untung J Wiyono, di Banjarmasin, Selasa, mengatakan CPO yang dihasilkan pabrik kelapa sawit selain dapat digunakan sebagai bahan makanan juga bisa dimanfaatkan sebagai energi terbarukan.<br /><br />Energi terbarukan tersebut, kata dia, antara lain adalah bahan bakar nabati atau biodisel yang dapat dibuat dari hampir setiap bagian sawit seperti "crude palm oil" (CPO), palm kernel oil (PKO) dan lainnya.<br /><br />"Potensi CPO yang dihasilkan pabrik kelapa sawit juga merupakan potensi energi terbarukan, sayangnya potensi ini belum dilirik oleh industri," katanya.<br /><br />Dari data statistik 2010, kata dia, produksi CPO Kalsel mencapai 516.600 ton, padahal belum seluruh areal perkebunan kelapa sawit berproduksi.<br /><br />Berdasarkan luas areal perkebunan sawit seluas 319.869 hektare produksi pada tingkat optimal dengan rata-rata 20 ton per hektare dengan rendemen rata-rata 24 persen, maka produksi CPO Kalsel dapat mencapai 1.535.371 ton per tahun.<br /><br />Dengan demikian, kata Untung, potensi biodisel yang dapat diperoleh dari pengolahan CPO dengan ratio 87 persen di Kalsel akan dapat menyediakan energi terbarukan sebanyak 1.335.773 ton/tahun.<br /><br />"Sayangnya sampai saat ini belum ada perusahaan yang berminat untuk mengembangkan energi yang cukup potensial tersebut," katanya.<br /><br />Hal itu terjadi, tambah Untung, karena beberapa faktor penghambat, antara lain harga CPO dalam negeri maupun luar negeri masih lebih tinggi dibanding harga solar dalam negeri baik harga industri apalagi subsidi.<br /><br />Selain itu, kebijakan energi nasional belum diimbangi dengan insentif yang memadai terhadap para pengembang baik dari sisi perizinan, fiskal, maupun kebijakan pemasaran.<br /><br />Selain itu, tambah Untung, fluktuasi kebutuhan minyak nabati dunia akibat kondisi tertentu mempengaruhi permintaan CPO sebagai bahan pangan meningkat, sementara laju produksinya sangat tergantung dengan musim.<br /><br />Namun demikian, kata dia, melihat tuntutan dunia terhadap produk energi ramah lingkungan semakin meningkat, Kalsel sebagai salah satu produsen sawit terbesar di Indonesia diharapkan harus mampu memanfaatkan peluang ini.<br /><br />"Kalsel memiliki peluang besar sebagai pemasok biodisel di dunia, bukan hanya CPO," katanya.<strong> (phs/Ant)</strong></p>