Januari-April 32 Kasus DBD di Melawi

oleh
oleh

Masyarakat diminta untuk terus menerapkan hidup sehat dan bersih, sebab kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) ditahun 2017 ini ternyata masih cukup banyak. Hal itu terpantau dari data yang terdapat di salah satu rumah sakit swasta di Melawi. <p style="text-align: justify;">Dari data Rumah Sakit Citra Husada (RSCH), salah satu RS swasta di Melawi saja menerima kurang lebih 32 pasien DBD dalam medio Januari hingga April 2017. Direktur RSCH, Santoso mengungkapkan pasien DBD yang ditangani rumah sakitnya mencapai lima hingga belasan kasus setiap bulannya. <br /><br />“Kita meminta agar bila ada tanda-tanda DBD, agar segera memeriksakannya ke rumah sakit terdekat,” katanya. <br /><br />Santoso juga mengungkapkan setidaknya ada empat orang pasien DBD yang meninggal sepanjang tahun 2016 lalu. Karena itu, waspada terhadap DBD diharapkan dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.<br /> <br />Terkait kasus DBD, Kepala Dinkes Melawi, Ahmad Jawahir mengakui bahwa tren penyakit DBD sedikit mengalami peningkatan pada awal tahun ini. Kendati demikian dari laporan yang ia terima, wabah DBD ini tercatat baru mencapai sekitar belasan kasus saja.<br /><br />“Laporan biasanya rutin disampaikan oleh fasilitas kesehatan dari puskesmas maupun rumah sakit. Hanya kadang memang kalau dari fasilitas rumah sakit swasta jarang disampaikan ke kita,” katanya. <br /><br />Diterangkan Ahmad, desa yang banyak menjadi sumber kasus DBD diantaranya adalah desa Paal, Kenual hingga Tanjung Niaga. Sementara untuk Sidomulyo yang kerap menjadi langganan penyebaran wabah DBD sudah jauh berkurang. <br /><br />“Jadi yang banyak terkena DBD adalah daerah yang belum kita memberlakukan 4M Plus. Dinkes sudah menjadikan dusun Rondah Permai desa Sidomulyo sebagai daerah percontohan untuk penerapan 4M plus. Dan sudah terlihat hasilnya dimana kasus DBD didaerah ini sudah jarang terjadi,” katanya. <br /><br />4M Plus yang dimaksud Ahmad Jawahir yakni  menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali, mengubur tempat penampungan air yang tidak terpakai, dan memantau jentik nyamuk seminggu sekali. <br />Plusnya menghindari gigitan nyamuk menggunakan krim anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, melakukan larvasidasi, dan menggunakan kelambu. <br /><br />“Karena memberantas nyamuk dengan cara pengasapan atau fogging sudah tidak efektif lagi,” ucapnya. (KN)</p>