Cukup lama warga mendambagakan jalan yang lancer menuju ke Desa Balai Agas Kecamatan Belimbing. <p style="text-align: justify;">Namun harapan itu bukan malah menjadi sebuah realisasi, melainkan bertambah sudah penderitaan warga disana. Kini giliran, jembatan penghubung satu-satunya menuju pusat desa ini hampir ambruk. <br /><br />“Hari minggu lalu sekitar jam 5 sore, jembatan ambruk. Sekitar pukul 4 saya dan berapa teman-teman melintasi jembatan itu masih baik, tapi ketika sekitar jam 5 sudah ambruk,” ungkap Kepala Sekolah SMP Satap 5 Belimbing, Ahmad Subekti, ditemui di kedimannya, kemarin.<br /><br />Proses ambruknya jembatan yang panjangnya sekitar 30 meter ini disaksikan langsung Ahmad dan kawan-kawanya usai bermain basket di lapangan sekolah. Sayang, kata Ahmad, saat menyaksikan proses ambruk tersebut dirinya tidak membawa kemera. Seperti kebiasaan Ahmad yang selalu membawa kemera poket.<br /><br />“Begitu tebing jembatan bersamaan longsor ke sungai, kami yang menyaksikan pun berlari menjauh. Orang-orang yang berada yang awalnya berani menyaksikan ambruk dari dekat pun berlari ke luar areal jembatan,” ungkapnya.<br /><br />Lantas Sarjana Pertanian untang yang juga memiliki ijasah Akta 4 ini menerangkan ambruknya jembatan ini lantaran terjangan air dari sungai Kemboyong. Posisi jembatan sendiri berada di antara sungai belimbing dan Sungai Kemboyong.<br /><br />Longsornya tebing sungai di pondasi seberang pemukiman ini membuat badan jembatan turun. Posisi lantai jembatan pun miring sekitar 40 derajat. Sementara ujung jembatan di sisi pemukiman masih tetap menempel pada lokasi semula. Hingga jembatan yang awalnya landai, kini menanjak.<br /><br />“Posisi jembatan sekarang sudah tidak karuan. Posisinya miring sebelah dan menajak,” papar Amhad seraya mencontohkan posisi jembatan dengan tangan kanannya yang dimiringkan ke kiri dengan posisi siku lebih rendah dibandingkan telapak tangan.<br /><br />Posisi jembatan seperti itu membuat Ahmad memilih berjalan kaki melintasi jembatan. Biasanya dia bermotor bila melintasi jembatan. Seperti hari, di masa bertugas di sekolah Ahmad sering melintasi jembatan. Lantaran posisi kedimannya dengan sekolah dibatasi oleh sungai Belimbing yang dihubungkan jembatan yang ambruk tersebut.<br /><br />“Uji nyali kalau melintasi jembatan itu, posisi miring kok. Saya tidak berani, ada sedikit yang berani,” ujarnya.<br /><br />Dia pun memastikan jembatan yang hampir ambruk ini akan ambruk seluruhnya, bila sungai Belimbing banjir. Apalagi saat ini di Melawi masih sering terjadi hutan. Bila hujan di sekitar bukit Saran dekat desa Balai Agas, maka sungai belimbing akan banjir. Bila sudah banjir, air sungai belimbing perhuluan tersebut akan sangat laju.<br /><br />“Tinggal menuggu hujan di hulu, sungai belimbing banjir pasti seluruh bahan-bahan jembatan akan hanyut. Karena di sini kalau banjir air sangat deras dan cepat sekali turun. Paling 2 jam banjir bandangnya, langsung kering lagi,” terang Ahmad.<br /><br />Bila ambruk, otomatis pusat pemukiman Desa Balai Agas akan terisolir. Anak-anak SMP jelas dari dusun lainnya akan kesulitan untuk menuju sekolah. Ahmad pun berharap agar intenasi terkait pemkab Melawi dan wakil rakyat dapil Belimbing dan Belimbing hulu memerhatikan kondisi jembatan.<br /><br />Bisa saja menggunakan dana bantuan sosial atau dana alokasi untuk bencana. Lantaran ambruknya jembatan ini sebab adanya bencana alam. “Kita meminta agar ini segera ditangani,” pungkasnya. (Ira/kn)</p>