Jumlah Kasus Rabies Meningkat, Masih Banyak Masyarakat Enggan Vaksinasi Anjing

oleh
oleh

Jumlah kasus gigitan anjing di Melawi ini terus meningkat. Dimana hingga 18 Maret kemarin, sudah tercatat sebanyak 118 kasus gigitan di seluruh kecamatan. <p style="text-align: justify;">Upaya melakukan vaksinasi massal terhadap anjing di kabupaten Melawi yang direncanakan Pemkab Melawi pun, ternyata  masih saja terkendala. Pasalnya masih banyak masyarakat yang enggan anjingnya di vaksin. <br /><br />Sekretaris Daerah (Sekda) Melawi, Ivo Titus Mulyono saat memimpin rapat penanganan rabies di ruang rapat kantor bupati, Rabu (18/3) mengungkapkan perlu adanya upaya penyadaran terhadap masyarakat agar mau memvaksin anjingnya.<br /><br />“Nanti kita akan bentuk rabies center di setiap desa. Jadi kecamatan diharapkan bisa memfasilitasi pembentukan tersebut. Sosialisasi juga harus dilakukan hingga ke desa-desa agar ada penyadaran terhadap masyarakat terkait rabies di Melawi,” katanya.<br /><br />Ivo menerangkan, sebenarnya terdapat kesalahan persepsi terkait dengan jumlah kasus gigitan oleh anjing di Melawi. Dikatakannya, tidak semua yang terkena gigitan terpapar virus rabies. Namun, Dinkes tetap melakukan antisipasi dengan memberikan vaksin anti rabies kepada masyarakat yang menjadi korban gigitan.<br /><br />“Seperti di Buil, ada anjing mengigit karena baru melahirkan. Kan tak aneh ada anjing galak. Jadi belum tentu semua itu rabies,” ujarnya.<br /><br />Kecamatan Sayan hingga kini masih tercatat sebagai kecamatan dengan kasus gigitan tertinggi di Melawi dengan total 22 kasus dengan tiga orang meninggal. <br /><br />Sementara di Belimbing Hulu ada 21 orang yang menjadi korban gigitan, Sokan 20 kasus, Tanah Pinoh 12 kasus, Nanga Pinoh 9 kasus, Menukung 10 kasus, Pinoh Utara 2 kasus, Tanah Pinoh Barat 5 kasus, Pinoh Selatan 2 kasus dan dari Ella ada 6 kasus.<br /><br />Camat Menukung, Sonten mengungkapkan, sosialisasi terhadap kepala desa terkait rabies sebenarnya telah dilakukan oleh pihak kecamatan. Namun ternyata masih ada masyarakat yang tak mau anjingnya diberikan vaksin anti rabies.<br /><br />“Alasannya itu anjing jinak, takut kalau sudah disuntik vaksin malah mati,” katanya.<br />Kasus yang sama juga dilaporkan oleh Camat Sayan, Sariden yang menyebutkan bahwa kasus gigitan anjing meningkat. Di sejumlah desa, seperti Madya Raya, Nanga Kasai dan Mekar Pelita masih banyak anjing liar yang berkeliaran.<br /><br />“Sudah gitu yang punya anjing tak mau anjingnya di vaksinasi,” katanya.<br /><br />Sariden pun meminta agar sosialisasi soal rabies tidak hanya dilakukan oleh para camat atau kapolsek. Tapi langsung dari tim kabupaten sehingga masyarakat lebih paham ketimbang mendengarnya dari camat.<br /><br />“Di Sayan sudah ada yang meninggal terkena rabies. Anjing yang mengigit juga sudah dibunuh. Hanya sekarang ada ketakutan, kalau bunuh anjing bisa dikenakan adat,” ujarnya.<br /><br />Terkai  soal eliminasi atau pemusnahan anjing secara massal, Sekda, Ivo mengatakan tim penanganan rabies belum berpikir untuk melakukan eliminasi atau membunuh anjing.<br /><br />“Yang paling utama bukan eliminasi, tapi vaksinasi anjing, kecuali kalau sudah benar-benar terpaksa, barulah pemusnahan. Karena hewan ini kan juga perlu hidup. Lagipula, bukan keinginan anjing itu mau terkena rabies,” katanya.<br /><br />Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan (Distankannak) Melawi, Alexander dalam rapat tersebut pun menerangkan, vaksinasi akan dilakukan secara massal bersama para penyuluh pertanian yang sudah mendapatkan pelatihan. Selain itu kegiatan vaksinasi anjing ini akan didampingi puskesmas dan kecamatan.<br /><br />“Yang kita musuhi adalah virusnya, bukan anjingnya. Jadi vaksinasi anjing dilakukan untuk membentuk kekebalan kelompok dari rabies. Penanganan kasus ini juga harus disesuaikan dengan peraturan pemerintah tentang kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan. Jadi yang paling penting adalah vaksinasi dan sosialisasi. Kalau eliminasi, bisa bisa kita malah disorot,” katanya. (Ira/Kn)</p>