Kepala Desa Mungguk Gelombang Yusak, satu dari beberapa desa wilayah Sintang yang berbatasan langsung dengan Malaysia kembali mengeluhkan tentang minimnya kondisi infrastruktur di daerahnya. <p style="text-align: justify;">Setelah sempat mengeluarkan pernyataan ingin memisahkan diri dari Indonesia di tahun 2011 lalu, kini Yusak menceritakan tentang terputusnya jembatan log peninggalan perusahaan yang menghubungkan daerahnya menuju pusat kecamatan di Nanga Merakai Ketungau Tengah. <br /><br />“Jembatan menuju desa kami rusak, jadi untuuk menyeberang harus membayar Rp 60 ribu pulang pergi. Maka kami minta pemerintah memperhatikan kami yang ada di daerah perbatasan,”ungkapnya saat ditemui di Sintang, beberapa hari yang lalu. <br /> <br />Pernyataan Yusak yang sempat dimunculkan di media nasional mengundang respon pemerintah dibanyak tingkatan. Saat itu langsung digelar upacara HUT RI di Mungguk Gelombang, wakil bupati Sintang Ignasius langsung terjun menjadi inspektur upacara. <br /><br />Pemerintah kabupaten melalui UPJJ juga melakukan perbaikan jalan. Namun tindakan itu tidaklah menyelesaikan masalah yang memang banyak dihadapi oleh warga di perbatasan. Khususnya menyangkut pemerataan pembangunan. <br /><br /> “Kami masih mencintai NKRI, maka kami minta pemerintah memberikan perhatian kepada kami. Ada dua jembatan menuju desa kami yang rusak dan perlu dilakukan perbaikan segera. Karena itu merupakan satu-satunya akses darat menuju ke wilayah kecamatan dan Sintang ini,”jelasnya seraya mengatakan bahwa di sesanya ada sekitar 1.463 jiwa yang mengharapkan perhatian pemerintah. <br /><br />Sementara itu ketua Kimtas Sintang Ambresius Murjani saat dimintai komentarnya membenarkan tentang buruknya kondisi infrastruktur di daerah perbatasan. <br /><br />Ia juga membenarkan bahwa jembatan di Sungai Merakai yang menjadi jalur transportasi darat satu-satunya ke sejumah desa yang ada diperbatasan mengalami kerusakan. <br />Menurutnya jembatan diatas sungai selebar kurang lebih 15 meter tersebut dibangun oleh perusahaan kayu yang dulu beroperasi di daerah tersebut dengan kayu log (bulat). Karena dimakan usia dan tak juga dilakukan perbaikan kondisinya sudah rapuh. <br /><br />Apalagi dimusim hujan seperti ini, arus air bisa menyebabkan kayu-kayu log nya hanyut dan tak menutup kemungkinan jembatan jadi terputus. <br /><br />“Dari jalur Senangan, ada 3 jembatan yang rawan putus dan perlu segera ditangani. Yaitu jembatan diatas sungai Arak, jembatan di Sungai Merakai dan jembatan di Sungai Sekalau,”katanya.<br /><br />Jika salah satu dari jembatan tersebut putus, maka arus barang dari Sintang dan orang menuju desa-desa yang ada di perbatasan akan terputus juga. Kecuali masyarakat pergi ke wilayah Malaysia dan berbelanja disana seperti yang telah sering dilakukan. Adapun desa-desa di perbatasan yang aksesnya harus dilalui oleh 3 jembatan tersebut adalah desa Mungguk Gelombang, Wana Bhakti, Nanga Kelapan dan Nanga Bayan. <br /><br />“Kecuali kalau jalan dari jasa ke nanga Bayan sudah terbuka, maka itu bisa jadi jalan alternatif kedua,”ujarnya. <br /><br />A.Murjani juga membenarkan bahwa untuk melewati jembatan, pengguna kendaraan roda empat harus mengeluarkan biaya sebesar RP 60 ribu PP(pulang pergi). Hal itu dilakukan oleh masyarakat yang secara swadaya melakukan perbaikan jembatan diatas Sungai Merakai tersebut. Namun permintaan biaya menyeberang jembatan log tersebuut hanya dilakukan oleh masyarakat selama 3 hari setelah dilakukan perbaikan. <br /><br />“Bisa jadi itu dilakukan oleh warga sebagai pengganti biaya perbaikan yang mereka lakukan. Daripada mereka harus menunggu uluran tangan pemerintah yang entah kapan akan diperbaiki. Sedangkan itu akses satu-satunya bagi warga Mungguk Gelombang dan sekitarnya,”bebernya. <br /><br />Dituturkan Murjani, bahwa sekitar 2 mingu lalu dirinya mendampingi anggota DPRD Kalbar Inosensius yang melakukan reses dengan mengunjungi daerah perbatasan. Saat itu kondisi jembatan log itu memang sudah memprihatinkan. <br /><br />Tidak mudah melewatkan kendaraan roda empat diatas jembatan tersebut, karena kondisinya memang pas dengan lebar dan kendaraan dan modelnya cenderung menyerupai rel kereta api. <br /><br />“Kalau tak biasa bawa mobil di medan yang susah, bisa-bisa masuk dalam sungai,”pungkasnya. <strong>(ast)</strong></p>