Kalimantan Selatan (Kalsel) berpeluang untuk mengekspor minyak nilam ke Swiss karena kebutuhan minyak sebagai bahan baku parfum di negeri tersebut masih cukup tinggi. <p style="text-align: justify;">Hal tersebut disampaikan Minister Counsellor, Fungsi Ekonomi KBRI Bern, Taufiq Rodhy, di Banjarmasin saat melakukan pertemuan dengan Gubernur Kalimantan Selatan, Rudy Ariffin, Kamis (17/02/2011). <br /><br />Menurut dia, kebutuhan minyak nilam di negara tersebut hingga sekarang belum bisa terpenuhi, hal itu menjadi peluang besar bagi Kalsel untuk bisa mengembangkannya. <br /><br />"Permintaan importir Swiss terhadap minyak tersebut cukup tinggi, sementara barangnya cukup sulit untuk didapatkan," katanya. <br /><br />Selain itu, kata dia, kerajinan tangan baik itu berupa batu- batuan, permata, kerajinan kain sasirangan juga cukup menarik untuk diperdagangkan di negara tersebut. <br /><br />Sektor perikanan, kata dia, juga merupakan salah satu komoditi yang masih diperlukan oleh masyarakat di negara tersebut. <br /><br />Persoalannya, kata dia, daerah hingga kini belum maksimal untuk melakukan promosi, sehingga produk-produk yang sebenarnya memiliki nilai jual tinggi belum dikenal oleh masyarakat Swiss. <br /><br />Kepala Biro Ekonomi Pemprov Kalsel, Arbainsyah, mengatakan, untuk produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terkendala pada keberlangsungan produksi. <br /><br />Seperti dodol Kandangan, kata dia, perajinnya sering diajak melakukan promosi melalui beberapa pameran, namun pada saat mereka mendapatkan kontrak tidak sanggup memenuhi volume yang diminta. <br /><br />Selain itu, produksi juga tidak bisa dilakukan dalam skala besar. <br /><br />"Istilahnya, untuk produk UMKM saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri atau dalam daerah saja," katanya. <br /><br />Dengan demikian, kata dia, untuk ekspor Kalsel saat ini masih bertumpu pada produksi sumber daya alam seperti batu bara dan perkebunan seperti karet dan sawit. <strong> (phs/Ant)</strong></p>