Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan hingga kini masih sulit meningkatkan produksi kedelai karena banyak petani memilih menanam padi karena biaya produksi lebih murah dan perawatannya lebih mudah. <p style="text-align: justify;">Kepala Dinas Pertanian Pemprov Kalsel Sriyono di Banjarmasin, Kamis (10/02/2011) mengatakan, banyak petani enggan untuk menanam kedelai karena perawatan tanaman biji-bijian tersebut lebih rumit dibanding menanam padi. <br /><br />Selain itu, kata dia, biaya produksinya juga jauh lebih mahal sedangkan harga jualnya belum sesuai dengan yang diharapkan para petani. <br /><br />Apalagi, kata dia, selama 2010 musim penghujan terjadi hampir sepanjang tahun sehingga produksi kedelai semakin turun. <br /><br />"Selain itu, harga kedelai yang masih jauh dari harapan juga menjadi faktor utama kenapa petani kurang berminat menanam kedelai," katanya. <br /><br />Saat ini produksi kedelai Kalsel hanya sekitar 3.000 ton dari luas lahan sekitar 3.000 hektar. <br /><br />Jumlah tersebut, kata dia, masih jauh dibandingkan kebutuhan kedelai Kalsel yang mencapai 18 ribu-20 ribu ton per tahun. <br /><br />"Sebenarnya potensi lahan untuk tanaman kedelai di Kalsel masih cukup besar, namun belum tergarap maksimal," katanya. <br /><br />Pada tahun 1999-2000 kata Sriyono, produksi kedelai Kalsel mencapai 12 ribu ton, dan bila dimaksimalkan akan jauh lebih besar. <br /><br />Sebab kata dia, tanaman kedelai Kalsel mampu menghasilkan 1,8 ton/hektar atau lebih tinggi dibanding nasional yang hanya 1,2 ton/hektar. <br /><br />Memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, tambah Sriyono, pihaknya terus mendorong petani agar bersedia menanam kedelai terutam untuk empat Kabupaten yaitu Kotabaru, Hulu Sungai Selatan, Tabalong dan Tanah Laut. <br /><br />"Saat ini kita masih mengandalkan kedelai dari luar daerah maupun dari ekspor," katanya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>