Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyiapkan lahan seluas 16 hektare untuk pembangunan pusat informasi dan penelitian hutan mangrove di Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara. <p style="text-align: justify;"><br />"Mengenai bentuk bangunan fisik dan konsep yang natural serta alami, nanti dilakukan kajian lebih dalam, namun yang pasti memiliki keinginan kuat untuk menyelematkan hutan mangrove yang banyak rusak di Kaltim," kata Wakil Gubernur Kaltim Farid Wadjdy di Samarinda, Jumat.<br /><br />Menurutnya, Kaltim seharusnya sudah memiliki pusat penelitian, pameran, informasi, pembibitan dan pendidikan untuk penyelamatan Delta Mahakam yang terdapat kawasan hutan mangrove.<br /><br />"Di Bali sudah memiliki pusat penelitian hutan mangrove, padahal hutan mangrove yang dimiliki tidak begitu luas, jadi tidak ada salahnya jika Kaltim juga memiliki lembaga penelitian serupa, karena memiliki Delta Mahakam yang sangat luas dan berpotensi sebagai kawasan wisata," tutur Farid Wadjdy.<br /><br />Pemikiran itu sebenarnya sangat sederhana, jika ada seseorang akan melihat hutan mangrove, maka akan bisa diajak ke kawasan Delta Mahakam, termasuk sejumlah pihak yang akan melakukan berbagai penelitian terkait hutan mangrove.<br /><br />Berawal dari kegiatan penelitian tersebut, maka secara bertahap kondisi mangrove di Delta Mahakam akan semakin dikenal masyarakat luas, sehingga akan menarik perhatian wisatawan mancanegara untuk mengujungi kawasan wisata alami itu.<br /><br />Melalui pemikiran sederhana itu, Farid Wadjdy berharap Kaltim perlu memiliki pusat informasi dan penelitian mangrove yang diharapkan mampu memperkuat upaya penyelamatan hutan mangrove di Kaltim, khususnya di Delta Mahakam.<br /><br />"Mudah-mudahan hal ini segera ditindak lanjuti antara Badan Lingkungan Hidup (BLH), pemangku kepentingan dan pihak swasta. Program ini tidak akan berhasil, jika tidak ada komitmen kuat dari semua pihak.<br /><br />Terkait kerusakan hutan mangrove yang sebagian dilakukan akibat pembukaan tambak oleh masyarakat, menurut Wagub Farid Wadjdy, hal itu terjadi karena ketidaktahuan masyarakat.<br /><br />Untuk itu semua pihak terkait perlu memberikan informasi dan penyuluhan tentang pentingnya fungsi hutan mangrove.<br /><br />"Dari mangrove dapat difungsikan maksimal, buahnya dapat diolah untuk sirup, daunnya sebagai pewarna alami, dan keberadaan mangrove yang dapat menahan abrasi pantai, sehingga nantinya masyarakat akan menjaga hutan dan memelihara mangrove," ujar Farid lagi. <strong>(das/ant)</strong></p>