Kaltim Ubah Strategi Ke SDA Terbarukan

oleh
oleh

Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengatakan bahwa provinsi yang dipimpinnya itu telah mengubah strategi perekonomian dari sebelumnya tergantung pada sumber daya alam (SDA) tidak terbarukan menjadi SDA yang terbarukan. <p style="text-align: justify;">"SDA tidak terbarukan seperti minyak, gas, dan batu bara memang hasilnya sangat besar, tetapi harus disadari bahwa semua itu lambat laun akan habis," ujar gubernur saat membuka Pekan Daerah Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kaltim di Stadion Madya Sempaja, Samarinda, Sabtu.<br /><br />Menurutnya, saat ini Pemprov Kaltim terus mendorong perkembangan pertanian dalam arti luas, seperti sub sektor peternakan, perikanan, kelautan, perkebunan, dan pertanian tanaman pangan.<br /><br />Selain itu, katanya, Kaltim juga terus mempercepat pembangunan ekonomi yang berdaya saing, yakni dengan mengembangkan beberapa kawasan industri melalui pendekatan klaster sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.<br /><br />"Kita patut bersyukur karena seiring dengan kebijakan pengembangan industri nasional sesuai Inpres nomor 1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional, pemerintah pusat telah menetapkan dua klaster industri di Kaltim," katanya.<br /><br />Dua klaster tersebut diyakini mampu menunjang pembangunan pertanian dalam arti luas, yakni klaster industri berbasis pertanian dan oleochemical di Kecamatan Maloy, Kutai Timur, serta klaster industri berbasis migas dan kondensat di Bontang.<br /><br />Kedua klaster tersebut sangat penting karena pengembangan sejumlah sektor usaha pertanian akan saling terkoneksi antar sub sektor, sehingga akan menjadi kekuatan ekonomi Kaltim di kawasan Indonesia bagian timur.<br /><br />Terkait dengan pengembangan klaster tersebut, lanjut Awang, para petani, nelayan, dan sub sektor lainnya harus terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan industri hulu yang berbasis pertanian.<br /><br />Dia juga mengatakan bahwa digelarnya Peda KTNA Kaltim saat ini sangat penting, di antaranya adalah sebagai sarana tukar informasi antar petani sehingga mampu meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dalam arti luas.<br /><br />Dalam kegiatan ini diikuti ribuan petani, setidaknya tercatat 2.519 petani dan nelayan yang terlibat dalam sejumlah kegiatan, seperti temu wicara, rembug utama, temu profesi, temu sukses petani dan penyuluh, pameran, temu usaha agribisnis, gelar dan temu teknologi, temu karya, peragaan, unjuk tangkas, dan asah terampil. <strong>(das/ant)</strong></p>