Kapal Dan Tongkang Terperangkap Karena Barito Surut

oleh
oleh

Air Sungai Barito di wilayah Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah dalam sepekan terakhir kembali surut, mengakibatkan sejumlah kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar atau terperangkap. <p style="text-align: justify;">Dalam dua hari terakhir angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar karena air sungai kembali surut, kata Petugas Teknis Lalu lintas Sungai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Barito Utara (Barut), Rizalfi di Muara Teweh, Rabu.<br /><br />Puluhan kapal tarik (tug boat) dan tongkang kosong milik perusahaan batu bara yang sempat tertahan dan kandas di pinggiran Sungai Barito kawasan Bukau Kecamatan Teweh Tengah dan tempat lainnya kini sebagian mulai berlayar.<br /><br />Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar pada 18 Juli 2011 ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar kembali pada beberapa tempat.<br /><br />Menurut Rizalfi, saat ini ketinggian debit air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh Jumat pada angka 4,10 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.<br /><br />"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong ada yang bersandar dan kandas di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," jelasnya.<br /><br />Kapal dan tongkang kosong yang terperangkap itu mencapai puluhan unit sebagian besar milik perusahaan tambang PT Marunda Graha Mineral yang arealnya di wilayah Kabupaten Murung Raya (Mura) dan sejumlah perusahaan di wilayah Kabupaten Barito Utara.<br /><br />Sejumlah tongkang bermuatan puluhan ribu ton batu bara dan kosong bersandar di kawasan Bukau Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barut atau di hulu dan di hilir jembatan KH Hasan Basri Muara Teweh.<br /><br />"Bahkan sekitar tiga buah tongkang bermuatan ribuan batu bara milik sejumlah perusahaan kandas di kawasan Teluk Siwak Kecamatan Montallat," katanya.<br /><br />Surutnya sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di Kalimantan Selatan itu sekarang sulit diramalkan.<br /><br />Ia menjelaskan, meski saat ini hujan masih turun, namun kenyataannya debit air Sungai Barito turun dan kalau di wilayah hulu hujan maka air kembali naik. "Kami sulit memprediksi kondisi Sungai Barito," ujarnya.<br /><br />Kepala Kelompok tenaga Teknis pada Stasiun Meteorologi Beringin Muara Teweh, Sunardi mengatakan melihat siklus musim saat ini di wilayah Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya atau kawasan pedalaman Sungai Barito memasuki musim kemarau basah yakni meski kemarau namun hujan masih turun.<br /><br />"Tingkat curah hujan selama lima hari terakhir hingga tanggal 18 Juli 2011 sekitar 115,6 milimeter yang menunjukkan batas normal, namun dalam sepekan terakhir ini hujan mulai berkurang sehingga sungai kembali surut," ujarnya.<br /><br />Debit air Sungai Barito ini sangat tergantung pada tingkat curah hujan selain hujan turun di wilayah Kabupaten Barito Utara juga terjadi di pedalaman atau hulu Sungai Barito di Kabupaten Murung Raya.<strong> (das/ant)</strong></p>