Karst Sangkulirang Mangkaliat yang berada di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, kini sudah masuk lima besar nominasi peninggalan warisan alam dan cagar budaya dunia yang ditetapkan UNESCO. <p style="text-align: justify;">Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kalimantan Timur Riza Indra Riadi dalam keterangan tertulis di Samarinda, Senin, mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda wilayah Kalimantan, sangat mendukung penetapan Karst Sangkulirang Mangkaliat menjadi cagar budaya dunia.<br /><br />Setelah masuk nominasi, BLH Kaltim segera melengkapi persyaratan untuk dikirim ke Paris, Prancis. Selanjutnya, tim dari UNESCO akan turun ke lapangan untuk melakukan verifikasi.<br /><br />Menurut Riza, diperlukan waktu yang cukup lama untuk proses verifikasi itu, seperti halnya saat UNESCO menetapkan sistem pengairan Subak di Bali dan Candi Borobudur sebagai warisan dunia.<br /><br />"Kalau Karst Mangkaliat sudah ditetapkan sebagai warisan dunia, maka ini merupakan satu-satunya dan yang pertama di Kalimantan dan perhatian dunia akan terarah ke sana. Bantuan pembangunan dunia untuk kawasan tersebut pun akan mengalir dengan sendirinya," katanya.<br /><br />Namun, lanjut Riza, hal terpenting adalah bagaimana agar dapat dilakukan pengelolaan lebih optimal untuk melindungi kawasan tersebut, baik terkait budaya maupun aspek sumber daya alamnya.<br /><br />"Merupakan suatu kebanggaan apabila keinginan untuk menjadikan kawasan Karst Sangkulirang Mangkaliat menjadi warisan dunia itu dapat dicapai," tambahnya.<br /><br />Dengan penetapan itu, ia berharap Karst Sangkulirang Mangkaliat nantinya bisa menjadi objek wisata dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar, seperti yang terjadi pada masyarakat di sekitar Candi Borobudur.<br /><br />"Peninggalan yang masih bisa ditemukan di karst tersebut, antara lain peninggalan purbakala seperti goa, telapak tangan, tulang-tulang, dan gigi mahkluk purbakala. Namun, saat ini ada juga benda peninggalan yang sudah diamankan di Museum Kutai Timur," tambahnya.<br /><br />Ia menjelaskan kawasan karst tersebut merupakan hulu dari lima sungai utama di Kabupaten Berau dan Kutai Timur, yaitu Sungai Tabalar, Lesan, Pesab, Bengalon, dan Karangan. Kelima sungai itu merupakan sumber air utama bagi masyarakat.<br /><br />"Kawasan karst ini menopang lebih dari 100.000 jiwa yang tinggal di hampir 100 kampung pada 13 kecamatan di dua kabupaten, yakni Berau dan Kutai Timur," jelasnya.<br /><br />Kawasan Karst Sangkulirang Mangkaliat terbentang di Kecamatan Kelay, Biatan, Talisayan, Batu Putih, dan Biduk-biduk, Kabupaten Berau. Selain juga meliputi Gunung Kulat yang berada di perbatasan antara Berau dan Kutai Timur.<br /><br />Di Kutai Timur, kawasan tersebut terbentang di beberapa kecamatan, antara lain Kongbeng, Bengalon, Karangan, Kaubun, Sandaran, Sangkulirang, dan Kaliorang.<br /><br />"Hasil ekspedisi biologi pada 2004 oleh The Nature Conservancy dan LIPI telah mengidentifikasi 120 jenis burung, 200 jenis serangga, satu jenis kecoa raksasa, 400 jenis flora, dan 50 jenis ikan di kawasan itu. Bahkan dari kawasan tersebut tepatnya di Gunung Beriun, terdapat habitat orangutan,� papar Riza Indra. (das/ant)</p>