Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pihaknya akan terus memantau perkembangan APBN yang dalam jangka pendek bisa terdampak oleh perkembangan terbaru ekonomi global. <p style="text-align: justify;"><br />"Kami masih menjalankan (APBN) dahulu. Akan tetapi, tentu dengan melihat seluruh aspek," kata Suahasil di Jakarta, Rabu.<br /><br />Suahasil mengatakan bahwa perkembangan ekonomi saat ini sangat dinamis, terutama terkait dengan kondisi di AS pascapelantikan Presiden Donald Trump yang akan menerapkan kebijakan proteksionisme dan kenaikan harga komoditas global.<br /><br />Untuk itu, dia mengatakan bahwa Kementerian Keuangan akan terus melakukan koordinasi agar realisasi APBN tidak terganggu perkembangan global meski saat ini situasi masih sesuai dengan asumsi makro.<br /><br />Menurut dia, salah satu yang bisa menjadi kewaspadaan Kementerian Keuangan adalah terkait dengan asumsi harga ICP minyak yang meningkat seiring dengan kenaikan harga minyak dunia sepanjang 2017.<br /><br />"Kalau kita lihat sekarang, ada kemungkinan dia akan meningkat rata-ratanya antara 45 dolar dan 50 dolar AS pada tahun ini. Potensi itu ada. Kita perhatikan secara serius," ujar Suahasil.<br /><br />Meskipun demikian, pergerakan harga minyak dunia yang cenderung meningkat ini bisa memberikan keuntungan bagi pemerintah karena bisa menambah penerimaan dari sektor energi, terutama minyak dan gas.<br /><br />"Kalau ICP naik setiap 1 dolar AS, itu (menambah) Rp700 miliar," kata Suahasil.<br /><br />Selain itu, kenaikan harga komoditas tersebut bisa memengaruhi asumsi lainnya, seperti laju inflasi yang diperkirakan pada 2017 melebihi target 4 persen karena faktor harga diatur oleh Pemerintah (administered price).<br /><br />"Kita lihat memang ada kemungkinan dia lebih dari 4 persen. Akan tetapi, masih dalam range 4 persen plus minus satu yang sudah kita sepakati sebagai medium term inflasi 2017. Hal ini kita diskusikan dan awasi terus tiap bulan," ungkap Suahasil.<br /><br />Pemerintah dalam APBN 2017 menetapkan asumsi makro, antara lain, pertumbuhan ekonomi 5,1 persen, laju inflasi 4,0 persen, tingkat bunga SPN 3 bulan 5,3 persen, dan kurs Rp13.300,00 per dolar AS.<br /><br />Asumsi makro lainnya, kata dia, harga ICP minyak 45 dolar AS per barel, lifting minyak 815 ribu barel per hari, dan lifting gas 1.150 ribu barel setara minyak per hari.(*)<br /><br /><br />Sumber: http://www.antaranews.com</p>