Kementrian Nilai Batam Belum Perlu Impor Telur

oleh
oleh

Kementerian Pertanian menilai impor telur dari Malaysia untuk Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau tidak diperlukan karena produksi dalam negeri masih mencukupi kebutuhan nasional. <p style="text-align: justify;">Kementerian Pertanian menilai impor telur dari Malaysia untuk Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau tidak diperlukan karena produksi dalam negeri masih mencukupi kebutuhan nasional.<br /><br />"Kementerian menilai permintaan impor tidak relevan karena produksi telur nasional bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri," kata Kepala Dinas Kelautan Perikanan Peternakan dan Kehutanan (KP2K) Kota Batam Suhartini di Batam, Sabtu.<br /><br />Selain mengandalkan pasokan dari Medan, kata Suhartini, Kementerian meminta Batam mendatangkan telur dari Jawa dan berbagai daerah lain yang produksi telurnya melebihi kebutuhan lokal.<br /><br />"Selain Medan, Jawa menjadi salah satu daerah yang paling siap untuk mencukupi kebutuhan telur bagi Batam," tambah dia.<br /><br />Menurut Suhartini, Kementerian Pertanian menganggap pasokan telur dari Jawa masih dibawah harga telur dari Medan sehingga saat sampai di Batam harganya tidak akan terlalu tinggi.<br /><br />"Harga telur asal Jawa diperkirakan berkisar Rp680/butir, jauh lebih murah dari telur asal Medan yang mencapai Rp850/butir. Jadi bila mengambil dari Jawa harganya bisa lebih murah," lanjut Suhartini.<br /><br />Dengan pasokan dari Jawa, kata Suhartini, Kementerian Pertanian berharap harga telur di Batam tidak jauh beda dengan daerah lain.<br /><br />"Opsi yang diberikan ini menutup peluang Batam melakukan impor telur," kata Suhartini.<br /><br />Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Energi Sumber Daya Mineral Kota Batam Ahmad Hijazi mengatakan impor telur perlu dilakukan agar menyetabilkan harga karena hingga saat ini Batam hanya bisa memenuhi 10 persen kebutuhan telur.<br /><br />"Pemerintah Kota (Pemkot) Batam telah mengajukan permintaan impor telur dari Malaysia. Namun sampai saat ini belum disetujui pusat," kata Hijazi.<br /><br />Menurut Hijazi, selama ini yang menjadi dasar Kementerian Pertanian menolak permintaan impor telur dari Malaysia karena jumah produksi telur nasional masih dapat memenuhi kebutuhan nasional sehingga menganggap impor telur bagi Batam belum diperlukan.<br /><br />"Impor telur dari Malaysia merupakan upaya untuk menekan harga telur yang kenaikannya dapat berimbas pada kenaikan angka kebutuhan hidup layak (KHL) di Batam," kata dia.<br /><br />Ia pun yakin jika impor telur ini disetujui tidak akan memengaruhi produksi dan pasokan telur secara nasional lantaran lokasi Batam yang tidak mudah dijangkau pasokan produsen telur dalam negeri dan telur impor tersebut tidak akan keluar dari Batam.(Eka/Ant)</p>