Yayasan Kobus Sintang menyatakan komitmennya untuk membantu penyelamatan orang utan di daerah ini. Upaya penyelamatan itu bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat. <p style="text-align: justify;">Komitmen untuk menyelamatkan orang utan tertuang dalam kesepakatan antara balai konservasi dengan Yayasan Kobus tentang pengelolaan pusat penyelamatan orang utan Sintang, Kalbar, tanggal 9 Maret 2012.<br /><br />Tindak lanjut kerjasama tersebut, Kobus kembali menerima orang utan titipan dari balai konservasi, Senin (17/12/2012), kemarin. Orang utan tersebut berasal dari Pemuar, Kabupaten Melawi. <br /><br />“Sebelum kami kami amankan, orang utan ini dipelihara oleh warga. Umurnya hampir 6 tahun. Ketika kami mengembil, pemilik sempat menolak karena sudah memelihara sejak kecil,” kata Hadiatul Sidik, kepala seksi konservasi wilayah II Sintang.<br /><br />Menurutnya, orang utan dititipkan ke Kobus karena Kobus bersedia membantu penyelamatan orang utan. <br /><br />“Mereka juga memiliki tempat penampungan, mempunyai dokter sendiri untuk menjaga kesehatan orang utan dan bersedia melatih orang utan sebelum dilepaskan di alam bebas. Kami juga memiliki kerjasama dengan Kobus,” katanya.<br /><br />Saat ditanya berapa lama orang utan dititipkan ke Kobus, ia menyatakan penitipan itu tidak ada jangka waktunya.</p> <p style="text-align: justify;">“Namun, bila Depertemen Kehutanan memerintahkan orang utan diambil untuk dilepaskan ke alam, mereka harus bersedia menyerahkan kembali orang utan ke balai konservasi. Makanya, kami sangat berterima kasih pada Kobus yang bersedia membantu penyelamatan orang utan ini, mengingat kami sendiri belum memiliki tempat penampungan di Sintang,” jelasnya.<br /><br />Ia menyatakan, banyaknya spesies orang utan yang ditangkap dan dipelihara oleh warga, merupakan dampak pembalakan liar dan invasi perkebunan.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="../../data/foto/imagebank/20121217150613_3B41330.jpg" alt="" width="300" height="200" /> <img src="../../data/foto/imagebank/20121217150652_86F5DE6.jpg" alt="" width="300" height="200" /><br /><br />“Akibat pembalakan hutan, orang utan hilang tempat hidupnya. Mereka akhirnya lari kekebun masyarakat, pemukiman dan ditangkap warga. Masyarakat yang tidak tahu kemudian memeliharanya. Sementara, makin luasnya perkebunan, juga membuat mereka terganggu,” imbuhnya.<br /><br />Ketua Yayasan Kobus, Pastor Jack Massen didampingi Sukirdi, pengurus yayasan Kobus menyatakan, pihaknya mau membantu penyelamatan orang utan karena cinta dengan orang utan dan untuk menjaga kelestariannya. Agar, anak-anak bisa mengetahui dan melihat secara jelas orang utan yang sesungguhnya.<br /><br />“Orang utan ini berasal dari Kalimanatan, jadi sudah seharusnya berada di Kalimantan pula,” tegas Jack Massen.<br /><br />Selama berada di penampungan Kobus, orang utan akan dipelihara dengan baik. <br /><br />“Untuk menjaga mereka tetap sehat, kami menyediakan dokter hewan. Saat ini kami juga sedang membangun klinik,” katanya.<br /><br />“Disini, orang utan akan dilatih agar bisa hidup dihutan kembali seperti biasa,” jelasnya.<br /><br />Kedepan, untuk melatih orang utan dialam bebas, mereka akan disekolahkan di hutan yang sesungguhnya. <br /><br />“Lokasinya sekolahnya di Tembak, Tempunak Hulu, di sana masyarakat punya hutan desa yang pengelolaan diserahkan ke Kobus. Nah, hutan ini kami gunakan untuk melatih orang hutan,” katanya. <strong>(phs/foto : dok)</strong></p>