Kondisi Museum Negeri Sulawesi Tenggara yang berada di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra sangat memprihatinkan terutama keberadaan benda-benda bersejarah di dalam gedung koleksi itu seakan tak mendapat perawatan lagi. <p style="text-align: justify;">Hal tersebut disampaikan peserta pelatihan dan pendidikan (Diklat) Kepemimpinan Tingkat IV angkatan IX tahun 2017 Sultra, Laode Amin saat melakukan kunjungan wisata di kantor Museum yang diterima Kepala UPTD Museum Negeri Sultra Ambo Aco di Kendari, Senin.<br /><br />Menurut Amin, seharusnya museum yang merupakan satu-satunya kantor yang menyimpan ribuan koleksi bersejarah itu mendapat perhatian pemerintah provinsi terutama dalam hal anggaran perawatan koleksi dan penyimpanan barang agar tetap terawat dengan baik dan aman.<br /><br />"Museum sebagai pusat kunjungan bagi pelajar bagi anak sekolah dasar hingga mahasiswa harus mendapat perhatian pemerintah terutama dalam hal perawatan," ujar Evi Susanti peserta Diklat lainnya.<br /><br />Sebelumnya, Kepala seksi Bimbingan dan Penyuluhan Museum Sultra, Rustam Tombili mengatakan selama lima tahun terakhir anggaran perawatan barang-barang koleksi nyaris tidak ada anggarannya, namun demikian pegawai dan karyawan museum yang jumlahnya belasan orang itu tetap menjaga dan memelihara sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.<br /><br />Menurut Rustam, museum Sultra memiliki kurang lebih 5000 benda koleksi, tetapi yang dipajang hanya 300 koleksi, yang lainnya ditumpuk di gudang, hal ini disebabkan keterbatasan ruangan dan juga anggaran untuk perawatan yang lebih baik.<br /><br />Khusus di gedung koleksi utama yang berlantai tiga, kata Rustam, terdapat 10 ruang jenis koleksi yang meliputi, ruang satu Beologika yang menyimpan bebatuan dan replika tambang nikel, ruang dua Biologika menyimpan koleksi seperti anoa binatang khas Sulawesi yang diawetkan, udang, kura-kura dan molusca.<br /><br />Kemudian di ruang tiga merupakan ruang koleksi Etnografi, yang menyimpan berbagai koleksi diantaranya kalosara, membesar (upacara adat), pakaian kulit kayu yang berasal dari Kendari, alat dan hasil tenunan Sultra, peralatan rumah tangga, dan peralatan pertanian dan berburu.<br /><br />Pada ruang empat koleksi Arkeologi, yang menyimpan berbagai koleksi diantaranya replika fosil yang ditemukan di daerah jawa, batu (peralatan manusia purba), pakaian kulit kayu, gerabah dan sebagainya. ruang lima koleksi Historika, foto-foto kesultanan kerajaan Buton, foto-foto pejuang Indonesia, dan foto-foto gubernur dan wakil gubernur.<br /><br />Di ruang enam koleksi Numismatic, yang menyimpan koleksi mata uang, yang dipajang di antaranya mata uang kerajaan Gowa, Buton dan Majapahit di ruang tujuh terdapat ruang Filologika yakni koleksi, naskah lontar, bilangari, tasbih, Al-Quran tulisan tangan, naskah amarana, dan tongkat khatib.<br /><br />Sementara di ruang delapan merupakan ruang keramik, koleksi keramik-keramik peninggalan dinasti cing, dinasti Ming, dinasti Cina, dinasti Yuang, dan dinasti Hua, koleksi tertua di museum ini adalah keramik Cina dari dinasti Sung pada abad XII.<br /><br />Di ruang sembilan terdapat ruang koleksi kesenian tradisional diantaranya gambus, gong dan suling serta di ruang sepuluh koleksi Teknologika yang menyimpan koleksi seperti pandai besi, mesin pencetak surat kabar, teodolit, mesin telegram, alat penumbuk padi, dan alat pengolahan sagu dan benda-benda bersejarah lainnya.<br /><br />Rustam Tombili mengharapkan, dengan keberadaan benda-benda bersejarah tetap terpelihara dan terawat maka pemerintah provinsi seharusnya mengalokasikan dana setiap tahunnya. (*)<br /><br /><br />Sumber: http://www.antaranews.com</p>