Kasus DBD di kabupaten Melawi ternyata masih terus memakan korban. <p style="text-align: justify;">Disejumlah desa, penderita DBD justru bertambah walau sebelumnya Dinkes telah melakukan pengasapan (fogging) di beberapa wilayah.<br /> <br />Kabid P2PL Dinkes Melawi, Arif Santoso mengungkapkan sepanjang 2014 sudah ada 17 kasus .“Di Desa Sidomulyo bertambah satu kasus DBD lagi, karena dari hasil pemeriksaan darah di laboratorium disalah satu klinik di Nanga Pinoh, ada warga Sidomulyo dinyatakan positif DBD,” ungkapnya, Senin (15/9)<br /><br />Dengan adanya penambahan kasus DBD ini, Arif kembali menghimbau kepada warga supaya ikut serta berpartisipasi dalam mencegah bahaya DBD tersebut, diantaranya dengan melakukan 3 M, yaitu Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air, dan Mengubur sampah-sampah yang bisa menampung air. <br /><br />Selain kata Arif, menaburkan serbuk abate pada tempat-tempat penampungan air. Sebab pencegahan dengan cara menaburkan serbuk abate tersebut lebih efektif, karena bisa memutus mata rantai nyamuk.<br /> <br />Sementara itu, Kepala Puskesmas Nanga Pinoh, Sien Setiawan mengatakan di wilayah Desa Sidomulyo dan Desa Baru memang masih banyak nyamuk, walaupun sudah dilakukan fogging, karena dua hari setelah fogging jentik-jentik nyamuk tumbuh jadi nyamuk dewasa baru. <br /><br />“Seperti kasus DBD yang terbaru di Sidomulyo, rumah pasien yang baru terkena DBD ini dekat dengan rumah pasien DBD sebelumnya,” katanya.<br /><br />Yang menjadi kendala didalam memberantas DBD tersebut kata Sien, untuk membuat masyarakat sadar pentingnya kerja bakti membersihkan sarang nyamuk susah sekali. Demikian juga di perkantoran Pemda juga sudah tidak ada lagi Jumat bersih. <br /><br />“Karena itu, diperkirakan jumlah kasus DBD di Melawi masih memungkinkan untuk bertambah lagi,” ujarnya.<br /><br />Kata dia, kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan memang masih kurang, padahal faktor kebersihan lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangbiakan nyamuk, terutama di rumah-rumah panggung. <br /><br />“Masyarakat berpikir keliru, masyarakat pikir fogging bisa menghilangkan nyamuk secara tuntas. Sehingga masyarakat tidak mau kerja bakti membersihkan parid, semak belukar atau sampah,” tuturnya.<br /><br />Selain itu Sien juga memberikan informasi cara biologi untuk memberantas nyamuk, yakni dengan memelihara Kodok dikebun / Parit / Rawa – Rawa sekitar pemukiman penduduk yang biasa dijual untuk makanan ikan arwana. <br /><br />Caranya kodok tersebut di lepaskan didaerah rawa atau selokan atau dibawah rumah panggung yang banyak genangan air nya. Sehingga kodok kecil ini yang nantinya memakan nyamuk dewasa ( yang baru berubah dari Kepompong jentik ). Selain itu, dengan menggunakan ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan Cupang / Suamang , Mujair dan lain-lain. <br /><br />“Cara biologi ini lebih mantap dan lebih murah dari pada cara kimia,” pungkasnya.<strong> (eko/kn)</strong></p>