Sebanyak 34 kepala keluarga (KK) korban kebakaran jembatan Sedadap Kelurahan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur hingga kni masih bertahan di lokasi penampungan di Pasar Perbatasan Sedadap. <p style="text-align: justify;">Korban kebakaran itu menempati petak-petak los pasar sejak musibah tersebut Desember 2011, kata salah seorang korban kebakaran, Usman saat ditemui, Rabu.<br /><br />Dari 32 rumah yang hangus terbakar saat itu, lanjut Usman, dan 39 KK yang menjadi korban langsung ditampung di Pasar Perbatasan tersebut yang selama ini masih kosong.<br /><br />Setelah hampir setahun berada di penampungan, para korban mempertanyakan statusnya apakah tetap diberikan kesempatan menempati los pasar sampai memiliki rumah sendiri atau diberikan batas waktu, ujarnya.<br /><br />Ia mengakui,pemerintah Kabupaten Nunukan belum memberikan informasi soal pembatasan masa tinggal di tempat penampungan yang sekarang.<br /><br />"Belum ada diinformasikan kepada kami, kalau pemerintah daerah mau membatasi waktu tinggal di sini (tempat penampungan)," sebutnya.<br /><br />Usman yang dipercayakan mengurusi segala keperluan para korban kebakaran mengatakan, dari 39 KK yang menjadi korban kebakaran dari 32 rumah yang hangus terbakat waktu itu dan menempati lokasi penampungan di Pasar Perbatasan, lima KK diantaranya sudah pindah ke rumahnya yang baru.<br /><br />"Korban kebakaran yang masih tinggal di sini, sisa 3o-an KK karena ada yang sudah membangun rumah sendiri," tambahnya.<br /><br />Pada kesempatan yang sama, korban kebakaran lainnya bernama Jumain mengatakan, penghidupan keluarganya selama dipenampungan sangat memprihatinkan, meskipun telah mendapatkan santunan dari pemerintah pada Juni 2012 berupa uang tunai Rp10 juta per KK.<br /><br />Masalahnya adalah, sebagian besar korban kebakaran tidak memiliki lahan perumahan sehingga sulit mendapatkan bantuan. Dimana yang diberikan bantuan rumah hanya yang memiliki lahan, ujar Jumain.<br /><br />Jumain juga menyatakan, hanya minggu pertama setelah kejadian dibantu oleh Pemkab Nunukan dan sejumlah organisasi kemasyarakatan lainnya.<br /><br />Setelah itu tidak ada lagi, dan seluruh kebutuhan korban kebakaran berusaha sendiri.<br /><br />Menurut Usman maupun Jumain, mata pencaharian korban kebakaran yang hidup dipenampungan adalah petani rumput laut dan pekerjaan sampingan sebagai tukang ojek.<br /><br />Setiap KK, menempati ruangan berukuran 2,5X4 meter persegi dan di dalamnya hanya terdapat kamar mandi. Selama ini, air bersih ditanggung masing-masing dengan membeli apabila tidak turun hujan.<br /><br />Kemudian, mengenai penerangan listrik dipasangkan oleh Pemkab Nunukan sebesar 25 Ampere yang dibagi rata kepada seluruh penghuni, ujar Usman. <strong>(das/ant)</strong></p>