Tingginya minat peternak di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah yang ingin mengembangkan peternakan sapi dengan cara inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik, kini terkendala lantaran masih terbatasnya petugas lapangan. <p style="text-align: justify;">"Minat peternak kita untuk mengembangkan IB, tapi memang yang masih menjadi kendala saat ini petugas kita masih terbatas. Yang aktif saat ini di Kota Sampit ini ada dua orang dan di Samuda ada satu orang. Kita masih perlu tambahan petugas yang memang spesialis melakukan IB ini,"ucap Sekretaris Dinas Pertanian, Peternakan, Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Selasa.</p> <p style="text-align: justify;">Dijelaskannya, tidak semua pegawai di instansinya menguasai teknik kawin suntik karena perlu keahlian khusus untuk melakukannya. Bahkan petugas yang sudah terbiasa melakukan kawin suntik pun belum tentu selalu berhasil karena tingkat keberhasilan dipengaruhi banyak faktor seperti kualitas bibit hingga kondisi sapi yang menjalani kawin suntik.</p> <p style="text-align: justify;">Proses kawin suntik juga harus dilakukan secara hati-hati agar bisa berhasil sesuai harapan. Kondisi sapi yang akan menjalani kawin suntik juga harus menjadi perhatian, misalnya dengan memerhatikan kapan saat sapi tersebut memasuki masa subur sehingga siap untuk menjalani kawin suntik.</p> <p style="text-align: justify;">"Tidak semua petugas menguasai betul proses kawin suntik. Untuk menguasai itu, ada pelatihan khusus di Bogor dan Malang beberapa waktu sampai benar-benar menguasai. Makanya, nanti masalah ini juga menjadi perhatian kami untuk menambah tenaga karena peminat kawin suntik makin meningkat," ucap Multazam.</p> <p style="text-align: justify;">Ahmadi, salah seorang penyuluh yang biasa membantu melakukan kawin suntik sapi di Sampit, mengatakan, keberhasilan proses kawin suntik dipengaruhi banyak faktor. Namun, kualitas bibit sangat menentukan karena pengaruhnya cukup besar terhadap keberhasilan kawin suntik tersebut.</p> <p style="text-align: justify;">"Makanya saya mengusulkan agar penempatan bibit itu dipindah ke lokasi terdekat, misalkan untuk Bapeang bisa ditempatkan di pusat kesehatan hewan terdekat. Kalau kami harus mengambil ke kantor di Jalan Jenderal Sudirman, itu risikonya sangat besar karena jaraknya cukup jauh dengan waktu tempat yang lama, sementara bibit itu setelah dikeluarkan dari penyimpanan, kualitasnya terjaga hanya sekitar satu jam," ucap Ahmadi.</p> <p style="text-align: justify;">Sekadar diketahui, salah satu daerah yang peternaknya meminati kawin suntik adalah Desa Bapeang Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Di desa itu, peternak mulai menikmati keuntungan dari sapi-sapi hasil kawin suntik. Bahkan ada peternak yang mendapat keberuntungan lantaran mendapatkan sapi jenis limousin yang lahir kembar.</p> <p style="text-align: justify;">Peternak setempat gencar mengembangkan sapi jenis limousin melalui program penggemukan maupun kawin suntik, karena untungnya sangat besar. Misalnya untuk penggemukan beberapa sekitar sembilan bulan saja, ada peternak yang mengaku pernah mendapatkan keuntungan mencapai Rp 10 juta saat harga daging sapi melambung belum lama ini. <strong>(phs/Ant)</strong></p> <p style="text-align: justify;"> </p>