Kotim Kembangkan Sapi Limousin

oleh
oleh

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Kalimantan Tengah melakukan berbagai cara untuk mengembangkan populasi sapi, salah satunya dengan inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik bibit sapi limousin. <p style="text-align: justify;">Sambutan peternak kita sangat luar biasa, makanya ini akan terus kami kembangkan meski saat ini masih ada berbagai kendala yang kita hadapi. Bahkan di Desa Bapeang ada sapi jenis limousin yang lahir kembar. Kami akan pelajari ini, apakah karena gen atau juga dipengaruhi cara IB yang dilakukan. Kalau bisa kembar terus, kan makin cepat penambahan populasinya,  kata Sekretaris Dinas Pertanian, Peternakan, Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kotim, Multazam.<br /><br />Desa Bapeang Kecamatan Mentawa Baru Ketapang adalah salah satu daerah yang peternaknya kini gencar menjalankan IB atau kawin suntik. Peternak makin semangat karena sudah merasakan bahwa beternak sapi limousin sangat besar keuntungannya, baik dengan sistem IB maupun hanya melakukan penggemukan.<br /><br />Desa tersebut sangat cocok untuk pengembangan peternakan sapi karena sumber pakan sangat melimpah. Saat ini beternak hanya pekerjaan sampingan masyarakat setempat karena profesi utama mereka adalah sebagai petani, namun kini memelihara ternak makin diminati karena menjadi nilai tambah yang sangat menjanjikan.<br /><br /> Kami gembira karena minat masyarakat untuk mengembangkan sapi jenis ini makin meningkat, namun di satu sisi, kami masih memiliki keterbatasan khususnya petugas yang menguasai ini karena IB ini tidak bisa sembarangan. Ada pelatihan khusus agar benar-benar bisa melakukannya. Tapi kami akan berusaha maksimal karena masyarakat makin meminati IB ini,  sambung Multazam.<br /><br />IB atau kawin suntik adalah suatu teknik untuk memasukkan spermatozoa atau semen jantan yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu, ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut `insemination gun.  IB merupakan salah satu teknik menghasilkan sapi unggul serta melakukan perbaikan genetik.<br /><br />Sedikit digambarkan Multazam, IB tidak selalu berhasil sehingga harus dilakukan oleh petugas yang benar-benar menguasai. Selain kualitas sperma yang akan disuntikkan ke sapi betina, kondisi sapi betina juga tersebut juga cukup menentukan. Masa birahi atau siap kawin sapi terjadi dua minggu sekali dan itu hanya terjadi satu hari. Sperma yang akan disuntikkan juga tidak boleh terlalu lama di perjalanan karena kualitasnya akan berkurang sehingga bisa membuat IB gagal.<br /><br />"Sapi yang siap kawin itu ada tanda-tandanya, jadi kalau sudah masanya maka IB harus dilakukan saat itu juga. Kondisi sperma juga menjadi perhatian karena kalau kelamaan di jalan maka akan memengaruhi kualitas sperma. Seperti dari tempat penyimpanan sperma ke Bapeang ini kan sekitar 30 kilometer, makanya kalau terlambat bisa memengaruhi kualitas spermanya dan bisa gagal, sambung Multazam.<br /><br />Ahmadi, seorang penyuluh setempat mengeluhkan jauhnya jarak tempat penyimpanan bibit atau sperma ke Bapeang. Lamanya waktu tempuh sangat memengaruhi kualitas sperma yang akan digunakan untuk proses IB.<br /><br />Kami mengusulkan agar tempat penyimpanan bibitnya dipindah ke Puskeswan di dekat sini, itu untuk menjaga kualitas spermanya agar tetap bagus. Kalau selama ini kan harus ngambil ke kantor di dinas yang jaraknya 30 kilometer dari sini, padahal bibit sperma itu hanya bertahan satu jam dan sudah harus digunakan. Potensi peternakan sapi kita luar biasa besar, tinggal bagaimana kita membantu mendorong peternak untuk mengembangkannya sehingga kita tidak perlu lagi mendatangkan dari daerah luar, ucapnya.<br /><br />Sementara itu, beberapa peternak setempat sangat antusias untuk mengembangkan sapi jenis limousin dengan cara IB atau kawin suntik. Beternak sapi limousin sangat menguntungkan karena bobotnya yang sangat besar dan berat sehingga harga jualnya juga lebih tinggi dibanding sapi jenis lokal.<br /><br />Harga bibit sapi limousin berkisar antara Rp 12,5 juta hingga Rp 17 juta per ekor, namun setelah besar, harga jualnya hampir dua kali lipat yakni antara Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per ekor. Memelihara 10 bulan saja keuntungannya bisa sampai Rp 10 juta, apalagi kalau harga daging sedang naik, ucap salah seorang warga.<strong> (das/ant)</strong></p>