Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mewaspadai datangnya para pengemis dalam jumlah besar dari luar daerah ke Sampit menjelang lebaran Idul Fitri ini. <p style="text-align: justify;">"Saat menjelang Lebaran seperti ini yang kita waspadai. Biasanya H-7 lebaran banyak gelandangan dan pengemis yang datang untuk meminta sedekah ke Sampit," kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kotim, Rihel di Sampit, Kamis.<br /><br />Seperti biasanya, saat bulan suci Ramadhan banyak pengemis dari luar daerah datang untuk mencari sedekah dari masyarakat Sampit. Mereka memanfaatkan momen bulan suci meminta belas kasihan dengan dalih agar amal ibadah pemberi sumbangan meningkat di bulan suci ini.<br /><br />Namun tidak sedikit masyarakat yang merasa terganggu dengan keberadaan para pengemis tersebut, terlebih yang memanfaatkan anak kecil untuk menarik simpatik masyarakat. Apalagi, sebagian dari mereka secara fisik masih mampu untuk mencari nafkah sendiri tanpa harus meminta-minta.<br /><br />"Ini karena masyarakat kita memanjakan mereka dengan memberi banyak sedekah. Bukan salah, tapi di sisi lain itu akhirnya membuat mereka malas dan terus meminta sedekah. Bahkan mereka terus datang ke Sampit tiap tahun karena sudah terkenal hasil dari meminta sedekah di Sampit cukup besar," jelas Rihel.<br /><br />Pendapat itu bukan isapan jempol. Dari pengakuan salah satu pengemis yang terjaring penertiban oleh Satpol PP Kotim, pengemis tersebut bisa mendapatkan uang lebih dari Rp250 ribu hanya dalam satu jam.<br /><br />Satpol PP sudah berulang kali menertibkan dan memulangkan para pengemis tersebut, namun terkadang mereka kembali beroperasi di Sampit. Dalam dua bulan ini saja sudah ada tiga orang gelandangan dan pengemis yang dipulangkan ke daerah lain.<br /><br />"Makanya kami berharap kita tidak memanjakan mereka supaya mereka jera. Meski belakangan ini jumlah gelandangan dan pengemis yang datang ke Sampit jauh menurun namun ini tetap menjadi perhatian kami," jelas Rihel. <strong>(das/ant)</strong></p>
