Pemerintah Kabupaten Kubu Raya akan mengembangkan ulat sutra menjadi salah satu produk andalan menyusul masuknya investor dari China di Kecamatan Rasau Jaya yang siap mengembangbiakkan binatang tersebut. <p style="text-align: justify;">"Meski masih tahap uji coba, namun kita yakin Kubu Raya mampu menjadi daerah pengembang biak ulat sutra di Kalimantan Barat, karena kondisi geografis dan iklimnya sangat mendukung," kata Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan di Sungai Raya, Kamis.<br /><br />Ia mengakui, Pemkab Kubu Raya masih belum terbiasa dengan ulat sutra meski sutra merupakan salah satu hasil peradaban tua yang berasal dari negara china.<br /><br />Nota kesepahaman antara Pemkab Kubu Raya dengan investor asal China tersebut, Wintus Industri, sudah dilakukan beberapa waktu lalu di Kementerian Kehutanan RI.<br /><br />"Kalau di Indonesia sejarahnya berasal dari Sulawesi termasuk beberapa kabupaten di dalamnya. Dan boleh dibilang untuk di Kalbar masih baru dan minim sekali pengetahuan akan ulat sutra ini," ucapnya.<br /><br />Ia melanjutkan, hasil survei dari investor China tersebut, diperkirakan alam dan kelembaban sangat cocok untuk pembiakan binatang seperti ulat sutera.<br /><br />Menurut Muda Mahendrawan, untuk bisnis ulat sutra ketersediaan lahan uji coba sudah ada dan tidak terlalu besar. Namun, lanjut dia, ke depan dibutuhkan lahan yang tidak kecil dan akan melibatkan lahan-lahan rumah tangga warga.<br /><br />"Ulat sutra makan daun murbei. Karena makannya rakus, ke depannya akan menjadi kokon kemudian benang. Bahkan benang sutra bisa sepanjang seribu meter, sementara di Sulawesi baru 200 meter panjangnya," ujarnya.<br /><br />Pemkab Kubu Raya optimistis bisnis ulat sutra akan berkembang besar.<br /><br />Dia menambahkan, Kabupaten Kubu Raya juga diuntungkan dari kondisi geografis, dimana kedekatan Bandara Supadio Pontianak kemungkinan menjadi pertimbangan investor memilih Kubu Raya sebagai lahan investasi.<br /><br />"Wintus Industri sudah membawa bibit dan dua tenaga ahli dari China ditempatkan di Kecamatan Rasau Jaya. Untuk uji coba lahan didahulukan sekitar 30 hektare. Kemungkinan dari Rasau Jaya akan berkembang ke Desa Limbung, Kuala Dua hingga Pematang 7," ujarnya.<br /><br />Sementara itu, Kepala Bidang Pengawasan, Pengendalian dan Perlindungan Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Pertambangan Kabupaten Kubu Raya, Golda Purba menuturkan investasi dari China mengenai ulat sutra di Kecamatan Sungai Raya dan Rasau Jaya tidak kecil.<br /><br />Ia memperkirakan, dibutuhkan sekitar 150.000 hektare lahan untuk menampung ratusan hingga jutaan pohon murbei dan ulat sutera. "Kita akan libatkan masyarakat. Sebab, programnya juga sudah berjalan dan berlari jauh," kata Golda.<br /><br />Dia menjelaskan, investor dari China itu sendiri sebelum bekerja sama dengan Kabupaten Kubu Raya juga sudah menjalin kesepakatan dengan Kamboja.<br /><br />"Sampai berapa lama kami belum tahu. Yang pasti ada kesamaan terarah antara Kamboja dan Kubu Raya mengenai struktur tanah untuk bisnis ulat sutera," ujarnya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>