Masyartakat Ansok Tak Khawatir BBM

oleh
oleh

Umumnya berada di perkampungan ada beberapa hal dirasakan. Seperti merasa jauh dari keramaian kota, tidak dapat berkomunikasi mengunakan Handphone, sepi, persediaan kebutuhan sehari-hari tidak banyak pilihan. Jika malam tiba, suara jangkrik, kodok dan beberapa binatang lainnya seakan memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat tiap malamnya. <p style="text-align: justify;">Dengan kondisi seperti ini, masyarakat setempat jam tidur malamnya jauh lebih awal jika dibandingkan dengan masyarakat yang berada diperkotaan. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan kondisi diatas, Masyarakat yang hendak menonton telivisi saja, untuk mendapat berbagai informasi atau berita serta hiburan sangat terbatas. Karena Sumber tenaga listrik yang dihandalkan masyarakat hanyalah generator, yang hanya bisa dihidupkan jika persedian bahan bakar minyak (BBM) ada.<br /><br />Meski demikian, suasana diperkampungan jauh lebih segar dan sejuk. karena kondisi alamnya masih asri, tidak ada polusi yang disebabkan dari berbagai sumber. Seperti asap kendaraan, pabrik serta asap dari pembakaran sampah yang bisa menimbulkan bau serta udaran tidak segar. Selain itu diperkampungan juga terbebas dari suara kebisingan kendaraan umum yang lalu lalang, belum lagi teriakan serta klakson pengendara lainnya, jika terjadi kemacetan dijalan raya. wiih enaknya di kampung, tenang dan damai.</p> <p style="text-align: justify;"><br />Dari dua sisi yang berbeda ini, jika kita disuruh memilih? Tentu memilih diantaranya, mengapa demikian? Walau berada di kampung tetapi tetap bisa menikmati kehidupan seperti di kota.<br /><br />Seperti yang dialami oleh masyarakat Ansok Desa Benua Kencana Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang sejak dulu masyarakat disana berkomitmen tidak merusak alam yang ada di daerahnya. Terlebih Desa Ansok ini merupakan satu diantara perkampungan yang memiliki banyak sungai yang bisa dimafaatkan banyak hal oleh masyarakat setempat.  Baik sebagai air minum, mandi, mencuci pakaian bahkan dipergunakan Masyarakat sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sejak empat tahun silam.<br /><br />Oleh karena itu, melestarikan hutan sudah harga mati yang tertanam pada masing-masing masyarakat setempat. Bisa dibayangkan apabila hutan rusak akan mempengaruhi semua keperluan masyarakat, baik sebagai air minum, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Terlebih debit air yang dihasilkan akan semakin kecil sehingga PLTMH yang masyarakat bagun akan tidak bisa berfungsi dengan baik. <br /><br />Tetapi berkat komitmen yang selama ini terjaga, Kampung Ansok terus diterangi sinar listrik dari tenaga air atau PLTMH hingga sekarang. Meskipun sebelumnya pembangunan PLTMH ini sempat diragukan masyarakat. Tapi berkat ketekunan serta kesabaran, akhirnya impian tersebut bisa terwujud. Lebih lagi kehadiran Credit Union Keling Kumang (CUKK) yang berada di wilayah tersebut. mendukung sepenuhnya masyarakat membangun PLTMH melalui produk simpanan Taroh atau biasa disebut pinjaman sosial melalui kelompok. <br /><br />“Tahun pertama hingga kedua memang terasa berat bagi kami, karena selain dari pinjaman kelompok masing-masing anggota juga memiliki kewajiban mengansur pinkam masing-masing tiap bulannya.” terang Antonius, satu diantara anggota kelompok sekaligus pencetus ide pembangunan PLTMH kepada KalimantanNews belum lama ini<br /><br />“saat ini kami tidak lagi pusing dengan masalah kenaikan harga serta kelangkaan harga  BBM, selagi air mengalir dengan baik, disitulah napas kami. Air mengalir artinya BBM yang kami perlukan tidak pernah terbatas.” ujarnya<br /><br />Dijelaskan Antonius, sumber listrik yang dihasilkan generator yang diputar turbin memang sangat tergantung dengan debit air yang ada, semakin tinggi air semakin lama pula listrik bisa menyala. Waktu normal saja listrik bisa menyala 6 hingga 12 jam. Bahkan dimusim kemaraupun listrik masih bisa tetap menyala 3 hingga 5 jam perharinya. Sebaliknya apabila musim penghujan waktu menyalanya bisa mencapai 12 hingga 24 jam.<strong> (das)</strong></p>