Michael Jeno: Pemerintah Tak Berdaya Pulihkan Harga Karet

oleh
oleh

Karet merupakan salah satu komoditi lokal yang sudah sejak lama menjadi sumber penghasilan utama bagi sebagian besar warga Sekadau dan daerah-daerah lain. <p style="text-align: justify;">Sudah beberapa tahun ini harga jual karet mentah anjlok drastis. Tak ayal, para petani karet kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya jika hanya mengandalkan hasil menyadap karet. Tak sedikit petani karet yang hijrah ke komoditi lain, seperti menanam kelapa sawit ataupun bekerja serabutan.<br /><br />Sayangnya, sudah bertahun-tahun harga karet jatuh namun pemerintah belum melakukan upaya untuk memulihkan harga karet. “Pemerintah belum ada terobosan untuk mengatasi anjloknya harga karet,” ungkap anggota DPR RI, Michael Jeno saat berkunjung ke Sekadau, beberapa hari lalu.<br /><br />Menurut Jeno, harga karet sangat bergantung pada stabilitas ekonomi dunia. Karena itu, pemerintah tidak punya banyak daya untuk melakukan lobi-lobi agar harga karet kembali stabil atau setidaknya berada pada level wajar.<br /><br />“Karet dengan minyak itu selisihnya lebih kurang 0,8 dollar. Tergantung ekonomi dunia, jadi pemerintah kita tidak berdaya,” katanya.<br /><br />Beda dengan karet, pemerintah baru-baru ini telah melakukan terobosan dalam menyelamatkan harga tandan buah segar kelapa sawit. Meski pasaran CPO dunia sedang anjlok pula, namun pemerintah telah memiliki solusi agar harga TBS dalam negeri kembali pulih.<br /><br />“Pemerintah membentuk badan layanan umum sawit untuk menstabilkan harga TBS. Tapi untuk karet belum ada,” tutur Jeno.<br /><br />Salah seorang petani karet di Sekadau, Asnah mengeluhkan harga karet yang tak kunjung membaik hingga sekarang. Anjloknya harga karet pada periode terbilang cukup parah mengingat rentang waktu yang lama serta harga karet yang terbilang sangat rendah.<br /><br />“Sekarang sudah agak mendingan, ada yang 5 ribu rupiah per kilo. Tapi sudah lama harga karet turun, kapan bisa naik lagi,” kata Asnah.<br /><br />Menurutnya, jika hanya bergantung pada hasil karet, maka perekonomian keluarga akan sangat kesulitan. Sejak harga karet turun, Asnah dan suaminya mencari usaha sampingan dengan menanam sayur-sayuran.<br /><br />“Kalau mengharapkan hasil karet mana cukup,” keluhnya.[KN]</p>