Mudik Lebaran Kebanggaan Bagi Perantau

oleh
oleh

Sinar surya yang mulai menyengat membuat Damin terpaksa beranjak dari alas tidurnya yang terbuat dari karung bekas bungkus semen. <p style="text-align: justify;"><br />KM Marina Nusantara adalah sebuah kapal jenis Roll On Roll Off (Roro) yang akan ditumpanginya untuk mudik ke Jawa Timur.<br /><br />Ribuan penumpang yang sama-sama antre itu membuat nyali Damin ciut untuk bersaing berebut tempat duduk di dalam KM Marina Nusantara yang akan mengantarkannya ke pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.<br /><br />Sudah hampir satu tahun, Damin memendam rindu yang dalam kepada keluarganya di Desa Sepekan Jampet, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur.<br /><br />Sejak berprofesi sebagai pekerja tambang batubara manual, Damin belum sempat sambang ke Bojonegoro.<br /><br />"Daripada uang dipakai sambang, lebih baik dikumpulkan untuk beli beras keluarga kami kampung," kata Damin.<br /><br />Dia mengaku, untuk sekali sambang ke Bojonegoro tidak cukup uang satu juta rupiah, belum lagi membeli oleh-oleh dan bekal yang harus ditinggalkan untuk dua orang anak dan istrinya di rumah.<br /><br />Kerinduan yang sangat tersebut ditahan hingga Idul Fitri 1432H. Bagi Damin, mudik lebaran adalah hal yang membanggakan dan memiliki nilai tersendiri bagi seorang perantau.<br /><br />"Mudik adalah hal yang paling ditunggu-tunggu dan mengesankan, karena tidak sempurna merayakan hari kemenangan apabila tidak kumpul bersama istri dan anak-anak," katanya. Hampir semua keluarganya di Bojonegoro menunggu Damin.<br /><br />Selain kangen, mereka menunggu oleh-oleh baju baru, sandal baru, dan kue lebaran.<br /><br />Ia mengaku, selama di Kintap, ia telah mengirimkan uang beberapa juta untuk biaya sekolah anak pertamanya di bangku kelas III Madrasah Aliah di Bojonegoro.<br /><br />Namun pada mudik kali ini, kata Damin, ia tidak membawa banyak uang. Ia hanya membeli beberapa pakaian baru untuk istri, anak dan keluarganya yang lain.<br /><br />"Bisa mudik itu sudah kebanggaan bagi kami," kata Damin, yang mengaku merantau ke Kintap itu bersama 10 orang tetangganya di Ngasem.<br /><br />Mereka semuanya pulang mudik dengan menggunakan transportasi laut KM Marina Nusantara.<br /><br />Kastur, salah satu teman Damin yang tergolong masih belia beberapa hari menjelang mudik mengaku tidak bisa tidur, karena ingin cepat-cepat sampai di Bojonegoro.<br /><br />Kerja keras menggali batubara dengan linggis di kedalaman hampir 20 meter dianggap ringan, setelah mereka memperoleh tiket kapal.<br /><br />Padahal, membawa batubara satu karung naik dari lubang yang cukup dalam itu sangat berat, tetapi karena akan mudik dan sudah mendapatkan tiket maka terasa ringan sekali.<br /><br />Hal yang sama juga dirasakan Wawan, Sarmin, Ngambi, Heru, dan Mujiyanto.<br /><br />Kastur mengaku, targetnya mudik ini bisa membawa bapaknya ke rumah sakit untuk operasi penyaki wasir. Lebih satu tahun ia menabung untuk biaya operasi bapaknya yang sakit wasir.<br /><br />Lulusan Madrasah Tsanawiyah mengaku tidak pernah merantau, tetapi saat akan mudik cukup bangga, karena kami akan ceritakan pengalaman kami di tempat kerja dengan teman-teman di kampung.<br /><br />Hampir gaji satu bulannya dikumpulkan untuk membeli tiket, dan membeli oleh-oleh untuk mudik.<br /><br />Dapat dipastikan, apabila dirinya datang, saudara, teman dan handaitaulan semuanya berkumpul mendengar cerita Kastur selama dalam perantauan.<br /><br /><strong>Gaji ke-13.</strong><br /><br />Berbeda halnya dengan Witi, Rusminten, Avilia, dan tujuh rekannya yang lainnya.<br /><br />Witi, seorang pembantu rumah tangga di Kotabaru asal Lamongan itu mengaku sudah lebih sepakan tidak bisa tidur nyenyak, karena akan mudik ke kampung halaman. Bagi ibu muda itu, mudik adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu selama satu tahun.<br /><br />Mudik bagi pembantu rumah tangga adalah waktu yang paling membahagiakan. Saat akan mudik, para pembantu rumah tangga itu mendapatkan gaji ke-13 layaknya PNS, dan libur tidak kerja dua sampai tiga pekan.<br /><br />Gaji ke-13 yang dimaksud adalah gaji yang diberikan majikan saat pembantunya mudik. Selain mendapatkan gaji para pembantu rumah tangga itu juga akan mendapatkan bonus khusus dari sang majikan, baik bonus berupa pakaian baru maupun berupa uang tunai.<br /><br />Bonus liburan dan pakaian baru tidak ia dapatkan pada hari-hari biasa, selain saat mudik.<br /><br />Witi yang sudah membeli tiket KM Binaiya itu sepakan sebelum keberangkatanya sudah berkemas-kemas.<br /><br />Dia mengaku akan menceritakan kepada keluarganya pengalamannya sebagai pembantu di Kalimantan Selatan yang tidak pernah ia peroleh selama menjadi pembantu di Surabaya.<br /><br />Dia mengaku, saat balik ke tempat bosnya di Kotabaru akan membawa rekan dan anaknya untuk mencari pekerjaan di daerah itu, karena lapangan pekerjaan masih cukup terbuka.<br /><br />Kebanggan bisa mudik juga dirasakan oleh beberapa orang mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia yang kini menjadi karyawan perkebunan kelapa sawit di Kotabaru.<br /><br />"Kami bangga bisa mudik, meski pulang tidak membawa uang," kata salah seorang karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kotabaru Khoirudin.<br /><br />Pemuda asal Sambeng, Lamongan, bersama empat temannya mengaku mudik tidak membawa uang, karena uang gaji yang diperolehnya ditabung untuk membeli lahan kelapa sawit.<br /><br />Mereka bercita-cita ingin memperbaiki ekonominya dengan membeli lahan untuk kebun kelapa sawit.<br /><br />"Meski harus banyak mengeluarkan ongkos karena tiket naik drastis, harus berdesak-desakan dan rawan copet, mudik adalah hal yang tidak bisa dinilai dengan materi," kata Abu Bakar yang juga seorang perantau. <strong>(phs/Ant)</strong>&lt;/p>