Sebagian besar nelayan di wilayah Kalimantan Barat saat ini sulit mengandalkan hasil tangkapan ikan laut untuk memenuhi kehidupan sehari-hari di tengah cuaca dan gelombang laut yang tak menentu akhir-akhir ini. <p style="text-align: justify;">"Cuaca dan gelombang yang tak menentu, ditambah lagi harga solar tinggi yang didapat para nelayan, telah menyulitkan nelayan saat ini, baik dalam menangkap ikan laut maupun memenuhi kelayakan hidupnya," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kalbar Kistoro di Pontianak, Selasa (15/02/2011). <br /><br />Ia mengatakan, dengan 90 persen kapal milik nelayan Kalbar di bawah ukuran 10 meter kubik, sulit untuk bisa melaut di luar zona lebih jauh dari enam mil laut. Padahal cuaca sekarang telah mengakibatkan ikan semakin sedikit, sementara kompetisi di antara penangkap ikan laut semakin ketat di zona hingga sejauh enam mil tersebut. <br /><br />"Makanya, kalau sekarang harga ikan laut tinggi itu karena ada kekurangan dalam hasil tangkapan ikan laut dari para nelayan," ungkapnya. <br /><br />Ia juga mengatakan, walau harga ikan laut di pasaran tinggi, bukan berarti ada peningkatan pendapatan bagi nelayan. Justru masing-masing individu atau kelompok nelayan sesungguhnya mengalami penurunan tangkapan ikan laut. <br /><br />Belum lagi, katanya, bila diperhitungkan dengan ongkos yang mahal, seperti pembelian BBM di atas harga subsidi, maka pendapatan bersih sesungguhnya tetap kecil dan sulit diandalkan untuk kehidupan sehari-hari nelayan. <br /><br />Menurut dia, untung saja sebagian nelayan di Kalbar ini tidak hanya memiliki satu mata pencaharian, namun ada yang memiliki kebun kelapa, bertani atau bekerja lainnya untuk menopang kehidupannya. <br /><br />Kistoro juga mengeluhkan Pertamina yang tidak menyediakan fasilitas tanker yang dekat dengan konsentrasi nelayan, sehingga mengakibatkan harga BBM yang didapat nelayan menjadi lebih mahal dari harga subsidi. <br /><br />Nelayan di beberapa tempat, seperti di daerah Kubu Raya, Teluk Pakedai, Batu Ampar dan pulau-pulau di Selat Karimata, menurut dia, selalu harus menanggung harga BBM yang besar, karena selain harga solar di atas harga subsidi, juga terkena ongkos angkut BBM. <br /><br />"Faktor suplai BBM yang tak sampai ke lokasi konsentrasi nelayan, adalah masalah yang tak kunjung terselesaikan. Kita minta Pertamina bisa memberikan solusinya segera, sehingga nelayan benar-benar merasakan harga BBM subsidi pemerintah itu," kata Kistoro. <br /><br />Dengan harga BBM subsidi, lanjutnya, tentunya akan meringankan ongkos kehidupan nelayan dalam menjalankan pekerjaannya menangkap ikan laut. <strong>(phs/Ant)</strong></p>