Nelayan Karimata, Kabupaten Kayong Utara harus mendatangkan garam dari Jepara untuk menggarami ikan hasil tangkapan mereka, selain itu kini mereka juga kesulitan air bersih dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. <p style="text-align: justify;"><br />"Biasanya kami membeli garam dari kapal motor dari Ketapang dan Pontianak, karena stok berkurang, kami terpaksa mendatangkan garam dari Jepara," kata Hasanudin seorang nelayan Desa Serutu, Kecamatan Kepulauan Karimata saat dihubungi di Sukadana, Jumat.<br /><br />Ia menjelaskan, sebelumnya mereka mendapatkan garam cukup menunggu kapal motor dari Ketapang dan Pontianak, karena stoknya sedikit, sehingga mereka harus mendatangkan sendiri garam dari Jepara.<br /><br />"Akibat kekurangan garam, banyak ikan kami yang busuk karena kurang garam. Kalau sudah sulit garam, terpaksa mencari sampai ke Jepara, karena di sini susah," ungkapnya.<br /><br />Dalam kesempatan itu, dia juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak solar untuk kebutuhan turun ke laut.<br /><br />"Kalaupun ada bahan bakar minyaknya, harga jualnya sudah belasan ribu per liter, sehingga sangat memberatkan kami. Selain itu, ikan asin produksi kami juga sulit untuk di pasarkan, karena pengumpul membelinya dengan murah," ujarnya.<br /><br />Menurut dia, nasib nelayan di Pulau Karimata semakin komplek karena tidak adanya jaringan telekomunikasi sehingga, harga jual ikan asin hanya dipermainkan oleh pengumpul.<br /><br />"Kami berharap Pemkab Kayong Utara, Provinsi Kalbar dan pemerintah pusat memperhatikan nasib kami, yang kini kian terdesak oleh semakin mahalnya kebutuhan pokok," ujarnya.<br /><br />Sementara harga jual ikan asing hasil tangkapan nelayan di Pulau Karimata dibeli oleh pengumpul dengan harga murah, kata Hasanudin. (das/ant)</p>













