Neraca perdagangan luar negeri dari Provinsi Kalimantan Timur sepanjang Januari-Desember 2014 mengalami surplus senilai 17,25 miliar dolar AS atau setara dengan Rp207 triliun lebih (nilai kurs Rp12.000 per 1 dolar AS). <p style="text-align: justify;">"Surplus perdagangan luar negeri sebesar 17,25 miliar dolar itu diperoleh dari ekspor migas dan nonmigas senilai 25,72 miliar dolar AS, dikurangi impor migas dan nonmigas senilai 8,47 miliar dolar AS," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Aden Gultom di Samarinda, Rabu.<br /><br />Menurut ia, perdagangan luar negeri merupakan kegiatan ekonomi yang berperan penting dalam menunjang pembangunan bangsa, yakni dari kegiatan ekspor akan diperoleh devisa sebagai salah satu sumber dana untuk membiayai pembangunan.<br /><br />Sedangkan dari kegiatan impor, maka akan diperoleh bahan baku atau barang modal yang diperlukan dalam pembangunan, baik untuk daerah maupun secara nasional.<br /><br />Aden merinci ekspor migas ke beberapa negara tujuan sebesar 10,86 miliar dolar AS dan ekspor nonmigas sekitar 14,85 miliar dolar AS.<br /><br />Sejumlah komoditas migas yang diekspor Kaltim, antara lain bahan bakar mineral dengan nilai 23,79 miliar dolar AS. Bahan bakar mineral ini terbagi dua, yakni berupa ekspor migas senilai 10,86 miliar dolar AS dan nonmigas senilai 12,92 miliar dolar AS.<br /><br />Sedangkan jenis nonmigas di luar bahan bakar mineral, antara lain kayu dan barang-barang dari kayu dengan nilai 484 juta dolar AS, pupuk senilai 349 juta dolar AS, lemak minyak hewani atau nabati serta turunannya senilai 359 juta dolar AS.<br /><br />"Sementara komoditas yang diimpor Kaltim dari sejumlah negara penghasil sepanjang 2014, antara lain migas senilai 6,91 miliar dolar AS, kemudian impor nonmigas senilai 1,55 miliar dolar AS," tambah Aden Gultom.<br /><br />Adapun komoditas nonmigas yang diimpor di antaranya reaktor nuklir, ketel, mesin dan peralatan mekanis senilai 639 juta dolar AS, pupuk senilai 98 juta dolar AS, barang dari besi atau baja senilai 151 juta dolar AS, dan impor kendaraan yang bergerak di atas rel kereta api dan bagiannya senilai 131 juta dolar AS. (das/ant)</p>