Operasional PLTA Riam Kanan Terancam Terhenti

oleh
oleh

Operasonal Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLIA) Riam Kanan Kalimantan Selatan terancam terhenti karena air waduk yang terus surut akibat musim kemarau sejak beberapa bulan terakhir. <p style="text-align: justify;">Manajer Operasional PLTA Riam Kanan Kardoyo di Banjarmasin, Selasa mengatakan, terpaksa mengurangi daya pembangkit dari sebelumnya bisa operasional 30 megawatt kini menjadi hanya 7 megawatt pada siang hari dan 21 megawatt pada malam hari.<br /><br />Menurut Kardoyo, di PLTA terdapat tiga mesin pembangkit dan masing-masing mesin memiliki daya hingga 10 megawatt, sehingga bila kondisi air waduk normal PLTA menyumbang untuk sistem kelistrikan Kalsel dan Kalimantan Tengah hingga 30 megawatt.<br /><br />Namun karena kondisi air waduk yang terus surut, tambah dia, kini daya mesin pembangkit dikurangi dari 10 megawatt setiap mesin menjadi hanya 7 megawatt khusus malam hari.<br /><br />Sedangkan pada siang hari, kata dia, hanya bisa dioperasionalkan satu mesin saja dengan daya tujuh megawatt.<br /><br />"Makanya bila saat ini sering terjadi pemadaman, salah satunya karena PLTA mengurangi daya hingga 23 megawatt pada siang hari," katanya.<br /><br />Hal tersebut dilakukan untuk menghemat air waduk yang hanya mencapai 54,77 meter dan pada pengukuran Selasa (18/10) kembali terjadi penurunan hingga 1,5 meter.<br /><br />Seharusnya, untuk menjalankan ketiga mesin pembangkit secara normal jumlah debit air minimal diwaduk adalah 59,86 meter.<br /><br />"Kalau sekarang masih jauh dari normal, namun semoga hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir bisa berdampak pada peningkatan debit air waduk," katanya.<br /><br />Dengan demikian, kata dia, pihaknya tidak perlu menghentikan total operasional mesin PLTA karena debit air waduk yang tidak mencukupi.<br /><br />Sebagaimana diketahui, dua minggu terakhir listrik di Kalsel kembali terjadi pemadaman. Dalam sehari pemadaman bisa terjadi hinggu dua kali.<br /><br />Kondisi tersebut sangat dikeluhkan warga dan pengusaha kecil menengah karena mengganggu produksi dan kerja masyarakat.<br /><br />Gubernur Kalsel Rudy Ariffin menyatakan kekecewaannya terhadap molornya penyelesaian pembangunan PLTU Asam-Asam yang seharusnya telah selesai sejak akhir 2010.<br /><br />Kenyataannya hingga kini PLTU yang akan menyuplai kekurangan daya wilayah Kalsel dan Kalteng tersebut, hingga kini juga belum bisa diselsaikan dengan alasan rumitnya pemasangan jaringan dan mesin.<br /><br />Menanggapi hal tersebut anggota DPDRI Farid Hasan Aman akan mempertanyakan masalah tersebut kepada Dirut PLN pada pertemuan rapat kerja mendatang.<br /><br />"Kita telah mempertanyakan tertundanya penyelesaian PLTU Asam-Asam dan dijawab karena masalah teknis, kalau ternyata tertunda kembali kita akan mempertanyakan lebih detail apa yang terjadi," katanya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>