Organda Kotawaringin Timur Batal Kelola Feri Sungai

oleh
oleh

Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, batal mengelola feri angkutan barang di kawasan Jembatan Bajarum, sebab gubernur melarang semua moda penyeberangan sungai berbayar. <p style="text-align: justify;">"Organda batal membangun dermaga dan mengoperasikan feri di sekitar Jembatan Bajarum. Gubernur tetap melarang pengoperasian feri berbayar, apapun alasannya. Sementara jika Organda yang mengelola, harus berbayar," kata Ketua Organda Kotim, Zulkifli Nasution di Sampit, Minggu.<br /><br />Sebelumnya Organda berinisiatif ingin mendatangkan feri dan mengelolanya sendiri karena panjangnya antrean kendaraan dan belum ada feri khusus untuk angkutan barang, padahal distribusi barang lumpuh pasca penutupan Jembatan Bajarum akibat ditabrak tongkang bermuatan bijih besi pada 21 Desember 2013 lalu.<br /><br />Organda memutuskan berniat mengelola feri sendiri karena yang disediakan pemerintah daerah belum bisa optimal mengurai panjangnya antrean mobil. Apalagi, jalur darat alternatif juga tidak bisa untuk angkutan barang karena kondisinya rusak.<br /><br />Kondisi itulah yang membuat Organda setempat berencana membangun dermaga dan mengoperasikan feri, bahkan sudah membayar uang muka untuk lahan yang rencananya digunakan untuk pembangunan dermaga tersebut.<br /><br />Organda menghitung, biaya sewa feri sekitar Rp175 juta, sedangkan pembangunan dermaga sekitar Rp100 juta. Untuk menutup biaya itulah rencananya akan dikenakan tarif jika feri tersebut dioperasikan.<br /><br />"Kita tidak cari untung, tapi jangan rugi. Makanya direncanakan biayanya Rp225 ribu per truk dengan perkiraan dua bulan akan impas. Tapi kami diinformasikan bahwa sekitar tiga minggu lagi jembatan dibuka dan kalau kami harus mengoperasikan dengan berbayar pun tidak memungkinkan," kata Zulkifli didampingi Guldani, pengurus lainnya.<br /><br />Solusinya, kata dia, pemerintah daerah sepakat mendatangkan satu feri berukuran lebih besar dari Banjarmasin yang diperkirakan sudah tiba di lokasi pada Senin malam, sehingga sudah bisa dioperasikan pada Selasa pagi.<br /><br />Dengan panjang 42 meter dan panjang 7,20 meter, feri ini diperkirakan mampu mengangkut 15 truk Colt Diesel sekali angkut. Sedangkan dua truk yang saat ini masih dioperasikan ada dua yaitu berkapasitas 8 truk dan 6 truk.<br /><br />"Kalau LCT yang besar ini dioperasikan 8 jam dan dua LCT lainnya dioperasikan 16 jam, maka dalam 24 jam diperkirakan mampu menyeberangkan 696 truk. Kalau ukurannya mobil biasa, tentu muatnya akan lebih banyak lagi. Kalau ini berjalan optimal, saya yakin lama antre yang tadinya 40 jam, tinggal jadi 20 jam," sambung Zulkifli dengan nada optimis.<br /><br />Namun mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Perwakilan Kotim ini tetap menyarankan agar ada semacam satuan tugas di darat dan sungai yang mengatur kelancaran antrean mobil dan lalu lintas kapal. Jika itu bisa dilakukan maksimal, dia yakin masalah ini akan bisa diatasi secara maksimal. <strong>(das/ant)</strong></p>