Pabrik bioetahnol di Desa Manggala Permai Dadahup G5, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah terkendala bahan baku singkong sehingga belum dapat dioperasikan secara maksimal. <p style="text-align: justify;">"Dalam kondisi normal setiap harinya dibutuhkan tiga ton singkong untuk bahan baku bioethanol," kata Kepala Desa Manggala Permai Dadahup G5, Lamijan di Kuala Kapuas, Sabtu. <br /><br />Petani singkong desa setempat tidak mampu memasok singkong untuk memenuhi kebutuhan bahan baku karena terkendala sarana dan prasarana alat pertanian serta permodalan, katanya. <br /><br />Sehubungan dengan itu, sebagian petani singkong setempat mengharapkan adanya perhatian berupa bantuan dari pemerintah daerah untuk mengatasai kendala sarana dan prasarana alat pertanian serta permodalan bagi petani. <br /><br />"Jika ini sudah terealisasi, kami harapkan singkong yang dihasilkan petani dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk pembuatan bioethanol sebagai pengganti minyak tanah untuk Desa Manggala Permai G5 dan G4," katanya. <br /><br />Selain itu, katanya, akan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi setiap kepala keluarga ataupun kelompok serta perorangan yang mempunyai lahan singkong untuk dapat dipasok sebagai bahan pembuatan bioethanol. <br /><br />Lamijan mengatakan banyak manfaat dan hasil yang diperoleh dari proses pembuatan bioetanol, selain sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah juga dapat dibuat untuk alkohol. <br /><br />Proses pembuatan bioetanol pada pabrik yang tersedia dapat menyerap tenaga kerja paling sedikit 30 orang untuk dua ship kerja siang dan malam. <br /><br />Namun yang dikhawatirkan pihaknya serta petani singkong di desa itu yakni ketersediaan bahan bakunya saja. <br /><br />"Kami sangat berharap kepada pemerintah daerah untuk dapat membantu kami dalam permodalan serta peralatan olah tanah," katanya. <br /><br />Dia mengatakan, pabrik bioethanol yang ada di desa itu dibangun pada tahun anggaran 2010 dengan anggaran sebesar Rp1,3 miliar, namun masih belum dioperasikan secara maksimal karena kekurangan bahan bakunya. <br /><br />Pabrik tersebut dengan jumlah bahan baku tiga ton singkong mampu menghasilkan 400 liter bioethanol pengganti minyak tanah. <br /><br />Dengan kebutuhan singkong sebanyak itu, petani singkong di daerah tersebut belum mampu memenuhinya karena keterbatasan sarana dan prasarana pertanian serta modal dana, ungkap Lamijan.<strong> (das/ant)</strong></p>