Jika ditanya dimana tempat pariwisata di kabupaten Sintang, maka hampir bisa dipastikan semua orang Sintang khususnya akan menjawab bukit kelam. Hal ini wajar, sebab bukit kelam memang menjadi icon dunia pariwisata Sintang. <p style="text-align: justify;">Hanya saja hingga saat ini pengelolaan tempat pariwisata yang termasuk unik di dunia ini belum tertata dan terkelola dengan baik. Hal ini disebabkan belum adanya kepastian dari pemerintah daerah siapa yang sebenarnya berhak dan harus mengelola tempat wisata tersebut.<br /><br />Kepala dinas kebudayaan dan pariwisata Sintang H.Senen Maryono mengatakan bahwaa kini dirinya dengan berbekal surat khusus dari bupati Sintang Milton Crosby yang menyatakan bahwa museum, kapal banding, termasuk bukit kelam dan sejumlah situs pariwisata sejarah yang ada di Sintang menjadi tanggungjawab dinas yang dipimpinya.<br /><br />“Berbekal surat tersebut kita akan eksiskan kembali tempat-tempat pariwisata yang ada di daerah ini. harapanya tentu saja jika telah dikelola dengan baik maka akan memberikan tambahan pendapatan daerah kita,”ungkapnya.<br /><br />Salah satu langkah penataan pariwisata Sintang yang kini tengah dilakukan adalah melakukan mapping atau pemetaan. Dari mapping yang dilakukan tersebut menurutnya akan bisa diketahui berapa kebutuhan biaya untuk melakukan rehabilitasi. Misalnya untuk melakukan rehabilitasi dan penambahan sejumlah fasilitas umum untuk tempat wisata motor bandong dan bukit kelam. Saat ini menurutnya dengan menggunakan dana APBD tahun 2011, di tempat wisata motor bandong di jln.Sintang-Putussibau telah terpasang jaringan listrik. Dua orang petugas kebersihan juga telah mendapatkan anggaran untuk merawat kawasan wisata yang dibangun pada masa bupati Simon Djalil tersebut.<br /><br />“Kita akan buatkan sumur bor dan kelengkapan sanitasi lain, sehingga masyarakat yang datang ke sini tidak kapok dan malah ingin datang lagi. Kita juga akan usahakan untuk membuat tempat hiburan misalnya tempat bermain anak dan sebagainya,”ujarnya.<br /><br />Hanya saja menurutnya setelah ditata dan dikelola dengan baik, maka masyarakat yang ingin masuk kawasan wisata tersebut harus mengeluarkan uang untuk membeli tiket masuk.<br /><br />“Sementara untuk di museum karena mereka masih ada program edukasinya, memang belum dikenakan biaya atau tiket masuk. Namun kedepan setelah ditata lebih bagus, tidak menutup kemungkinan akan dikenakan biaya masuk,”jelasnya.<br /><br />Terkait dengan icon pariwisata Sintang, mantan kepala dinas pendidikan Sintang ini mengatakan bahwa penataan dan pengelolaan kawasan wisata bukit kelam akan mendapatkan prioritas utama. Karena bukit kelam tidak saja terkenal sebagai tempat wisata pilihan warga setempat (wisata domestic :Ed), namun juga telah dikenal oleh wisatawan nasional dan manca negara.<br /><br />“Namun kita sepenuhnya menyadari untuk mewujudkan itu tidak semudah membalikan telapan tangan, karena keterbatasan pendanaan kita di APBD. Namun itu tidak harus menjadi kendala utama, artinya semua akan diupayakan termasuk menjaring pihak ke tiga,”pungkasnya.<strong> (phs)</strong></p>