Pengamat: Tanah Bumbu Kalsel Berpotensi Dimekarkan Kembali

oleh
oleh

Pengamat sosial politik di Kalimantan Selatan Uhaib As’ad berpendapat, Tanah Bumbu yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kotabaru, berpotensi dimekarkan kembali dibentuk daerah otonomi baru berpusat di Satui. <p style="text-align: justify;">Dosen Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary itu, sebagaimana dilaporkan Jumat, mengemukakan pendapatnya dalam perbingangan dengan wartawan di Press Room DPRD Kalsel di Banjarmasin.<br /><br />Pasalnya, menurut dosen Uniska yang sedang mempersiapkan penyelesaian program kandidat doktor itu, di Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) tersebut ada kesan pembangunannya kurang merata.<br /><br />"Memang pendapatan asli daerah (PAD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tanbu cukup besar dari hasil tambang batu bara, walau tak sebanding dengan ‘emas hitam’ yang dikeruk dari perut bumi kabupaten tersebut," katanya.<br /><br />"Namun pembangunan di ‘Bumi Bersujud’ Tanbu itu seakan hanya terpusat di Batulicin, ibu kota kabupaten (260 kilometer timur Banjarmasin), sementara di wilayah kecamatan lain terkesan kurang terperhatikan," ungkapnya.<br /><br />Sebagai contoh pembangunan di wilayah Kecamatan Satui dengan Desa Sungai Danau tidak berbanding dengan ibu kota kabupaten. Oleh sebab itu, tidak mustahil Satui bersama beberapa kecamatan lain menuntut menjadi kabupaten tersendiri.<br /><br />"Masih banyak contoh wilayah lain di Bumi Bersujud tersebut yang merupakan tetangga Kecamatan Satui, belum banyak tersentuh pembangunan, seperti belum berlistrik," lanjutnya.<br /><br />Karena, menurut dia, pembangunan dari pemerintah kurang menyentuh daerah dan masyarakat Satui dan wilayah sekitarnya. "Sementara ramainya usaha pertambangan batu bara tidak memberikan dampak positif yang kekal," ujarnya.<br /><br />"Oleh sebab itu, bukan hal yang aneh, Sungai Danau (Sudan) yang merupakan pusat perekonomian Kecamatan Satui, kini bagaikan kota mati, seiring dengan lesunya pasaran batu baru dunia," ungkapnya.<br /><br />"Ketika produksi batu bara ramai dan keadaan pasar dunia beberapa tahun lalu membaik, Sudan penuh gemerlap. Tapi kini meredup. Karena mengandalkan hasil tambang," demikian Uhaib.<br /><br />Untuk menyelesaikan program doktoral tersebut, dosen ilmu sosial dan ilmu politik Uniska itu mengambil sasaran penelitian/observasi di Tanbu. (das/ant)</p>