Pengembangan UKM Terkendala Otonomi Daerah

oleh
oleh

Kepala Sub Direktorat Kerja Sama ASEAN Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Donna Gultom mengatakan bahwa pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) masih terkendala dengan adanya otonomi daerah. <p style="text-align: justify;">"Terkait bagaimana daerah melakukan peningkatan daya saing, hanya beberapa propinsi yang sadar betul apa saja yang diperlukan untuk membangun perekonomiannya," kata Donna, seusai menjadi pembicara dalam diskusi Peran Pemimpin Muda dalam Manjaga Stabilitas Politik dan Ekonomi tahun 2014 menjelang ASEAN Economic Community 2015, di Jakarta, Kamis.</p> <p style="text-align: justify;">Donna mengatakan, banyak daerah-daerah yang masih tidak mengetahui apa saja potensi yang mereka miliki, sehingga terkesan tidak memiliki arah dalam pembangunannya.</p> <p style="text-align: justify;">"Terkait dengan UKM, letaknya ada di daerah, sementara pemerintah pusat hanya memberikan kebijakan dan yang turun langsung pemerintah daerah, bahkan anggaran yang ada di daerah dipergunakan untuk membayar pegawai, bukan untuk pembangunan," ujar Donna.</p> <p style="text-align: justify;">Donna menambahkan, dengan besarnya beban yang ditanggung oleh pemerintah daerah maka bagaimana kita bisa membicarakan tentang pengembangan UKM yang tentunya sangat membutuhkan bantuan permodalan.</p> <p style="text-align: justify;">"Kita memang bisa bergerak maju, namun mungkin akan lebih lambat saja," ujar Donna.</p> <p style="text-align: justify;">Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarifuddin Hasan mengatakan bahwa UKM Indonesia cukup unggul di kalangan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), khususnya yang bergerak di bidang mebel dan kerajinan tangan.</p> <p style="text-align: justify;">Namun, Syarief juga mengatakan bahwa UKM tersebut perlu didukung dari sisi permodalan karena banyak UKM yang sudah dikenal sering kali tidak bisa memenuhi pesanan karena kekurangan modal.</p> <p style="text-align: justify;">"Kadang pelaku usaha sudah mempromosikan produknya, begitu dapat pesanan mereka bingung karena tidak mempunyai modal tidak ada," kata Syarief saat ditemui di sela-sela simposium Indonesia-Japan Relation and Economic Integration in East Asia, Senin (4/3) lalu.</p> <p style="text-align: justify;">Keterbatasan modal tersebut, menurut Syarief menjadi salah satu hambatan, namun, dia optimis dalam persaingan dengan negara ASEAN, produk UKM Indonesia cukup unggul karena Indonesia memiliki sentuhan astistik dan budaya yang lebih kaya.</p> <p style="text-align: justify;">Lebih lanjut, Syarief mengatakan UKM Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dalam konteks ASEAN Economic Community (AEC) atau pasar tunggal ASEAN pada 2015 mendatang, UKM lokal dikonsentrasikan untuk mengisi pasar dalam negeri.</p> <p style="text-align: justify;">"Yang paling penting adalah kita menjadi pemimpin di pasar dalam negeri. Pasar dalam negeri sangat luas," ujar Syarief<strong>.(phs/Ant)</strong></p>