Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah mendorong warga membuat kerajinan dari bahan baku rotan untuk melakukan diversifikasi atau variasi produk. <p style="text-align: justify;">Para perajin diminta membuat bentuk kerajinan baru yang menarik sehingga diminati pasar, kata Kepala Bidang Perindustrian pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Barito Utara, Chandrayanto di Muara Teweh, Kamis.<br /><br />Menurut Chandrayanto, saat ini kerajinan dari bahan baku rotan merupakan produk kerajinan unggulan yang diusahakan masyarakat dalam bentuk rambat dan anyaman rotan berupa tikar yang bermotif khas suku Dayak.<br /><br />Kedua kerajinan yang hanya usaha sampingan khususnya kaum perempuan di pedesaan ini, punya pangsa pasar bahkan diminati turis mancanegara melalui pengusaha di Bali.<br /><br />"Namun karena pengaruh ekonomi dunia, maka penjualan kerajinan itu ke Bali dalam dua tahun terakhir mengalami kelesuan," katanya.<br /><br />Meski masih diminati, namun pemerintah berupaya mencari bentuk kerajinan rotan lainnya sehingga produk yang baru ini nanti juga diminati pembeli.<br /><br />Pihaknya melakukan pembinaan terhadap warga perajin rambat dan anyaman rotan di selian sejumlah desa sentra kerajinan rotan di Kecamatan Teweh Timur dan Gunung Purei, juga perajin di Kelurahan Jambu Kecamatan Teweh Tengah.<br /><br />"Kita harapkan perajin tidak saja membuat rambat dan lainnya, namun juga mampu menciptakan produk unggulan lainnya," jelasnya.<br /><br />Saat ini harga rambat berkisar Rp35.000 hingga Rp50 ribu per buah, sedangkan anyaman rotan berupa tikar tanpa motif berkisar Rp200 ribu/buah sedangkan tikar bermotif khas Dayak mencapai Rp350 ribu/buah.<br /><br />Tikar rotan yang dibuat dengan motif kkas suku Dayak ini biasanya dibeli para pengusaha di Bali dan asing untuk hiasan dinding rumah dan hotel. <strong>( phs/Ant )</strong></p>