Ustad Harjani Hefni mengajak umat islam untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan bulan ramadhan yang tidak lama lagi akan tiba. <p style="text-align: justify;">Satu diantaranya dengan melakukan evaluasi diri terhadap segala perbuatan yang dilakukan selama ini.<br />“Pertama, mempersiapkan persepsi yang benar tentang Ramadhan.<br /><br />Bergairah dan tidaknya seseorang melakukan pekerjaan dan aktivitas, sangat korelatif dengan sejauh mana persepsi yang dia miliki tentang pekerjaan itu. Hal ini juga bisa menimpa kita, saat kita tidak memiliki persepsi yang benar tentang puasa,” kata Harjani Hefni dalam tablig Akbar MQ di masjid Nurul Iman Nanga Pinoh Melawi Sabtu malam lalu.<br /><br />Dia mengungkapkan, persepsi yang benar akan mendorong seseorang untuk tidak terjebak dalam kesia-siaan di bulan Ramadhan. Kata dia, saat seseorang tahu bahwa Ramadhan bulan ampunan, maka akan dirinya akan meminta ampunan pada Sang Maha Pengampun. <br /><br />“Jika kita tahu bulan ini bertabur rahmat, kita akan berlomba dengan antusias untuk menggapainya. Jika pintu surga dibuka, kita akan berlari kencang untuk memasukinya. Jika pintu neraka ditutup kita tidak akan mau mendekatinya sehingga dia akan menganga,” katanya.<br /><br />Lebih lanjut dosen IAIN Pontianak ini menegaskan, agar puasa seseorang bertabur rahmat, penuh berkah, dan bermakna, sejak awal harus siap mengisi puasa dari dimensi lahir dan batinnya. Karena Puasa merupakan “sekolah moralitas dan etika”, tempat berlatih orang-orang mukmin. <br /><br />Dalam uraiannya, Harjani juga menjelaskan, Dalam uraiannya Harjani menjelaskan tentang hakekat dan tujuan puasa sebagaimana terkandung dalam surah Al-Baqarah ayat 183 sampai dengan ayat 188.<br /><br />“Pada Surah Albaqarah ayat 183 Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk melaksanakan suatu ibadah yang sangat mulia dan penuh hikmah yaitu puasa, sehingga untuk melaksanakan ibadah puasa ini diperlukan keimanan yang kuat yang tertanam dalam pribadi seorang muslim, dengan keimanan yang mantap maka seorang mukmin akan merasa mdah mengamalkan ibadah yang sebenarnya berat. Namun sebaliknya lemahnya iman seseorang akan menjadikan penyebab lemahnyan untuk melaksanakan ibadah puasa” jelas Harjani.<br /><br />Maka dari itu, kata Harjani tidak sedikit orang-orang yang tidak mampu melaksanakan puasa. Padahal kata dia, puasa yang dilaksanakan di Indonesia ini jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa.<br /><br />“Pernah saya waktu di Berlin itu puasa sahurnya itu jam dua, dan bukanya itu jam sembilam malam. Bayangkan betapa beratnya ibadah puasa di sana apalagi saat musim panas, namun alhamdulillah dengan niat kita yang kuat semuanya bisa dilaksanakan,” tandasnya. (KN)</p>