Peringati Hari Jadi Sintang, MABM Gelar Seminar

oleh
oleh

Memperingati Hari Jadi Kota Sintang yang ke 654 Tahun 2016, Pemkab Sintang bekerjasama dengan Majelis Adat dan Budaya Melayu Kabupaten Sintang melaksanakan seminar yang bertemakan Mewujudkan kota sintang sebagai wadah dan spirit multikultural yang berkeadaban di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Sintang pada Senin, (9/5/2016). <p style="text-align: justify;">Bupati Sintang Jarot Winarno saat membuka seminar menyampaikan bahwa Sintang ini harus menjadi rumah yang nyaman bagi seluruh etnis, budaya, dan golongan. <br /><br />“Untuk itu, saya mengajak seluruh etnis dan elemen masyarakat untuk menjaganya. Inilah salah satu modal kuat kita untuk membangun” terang Jarot Winarno.<br /><br />Bupati Sintang menambahkan tertib sosial bisa terwujud jika seluruh potensi yang ada bisa seimbang. Kepercayaan antar masyarakat menjadi kunci yang bisa diwujudkan dengan pelaksanaan kebudayaan dan tradisi. <br /><br />Selama kebudayaan bisa hidup dan tumbuh, maka kepercayaan juga akan terjaga. Pemkab Sintang ingin merevitalisasi kebudayaan yang ada demi ketahanan budaya yang berkualitas dan tertata baik. Seminar ini merupakan kepedulian kita akan sejarah dan bentuk peran kebudayaan yang sangat penting.<br /><br />“Dengan umur 654 tahun ini, kita sudah terbukti mampu membentuk Kabupaten Sintang sebagai sebuah wilayah dengan sistem multikultural yang kokoh. Seminar ini kami harapkan mampu menghasilkan sebuah rekomendasi untuk kita membangun daerah ini” harap Jarot Winarno.<br /><br />    <br />H. Ade Kartawijaya Ketua MABM Sintang menjelaskan bahwa MABM dibentuk untuk meningkatkan sumber daya manusia masyarakat. “Kita baru pertama kalinya memperingati hari jadi kota Sintang. Maka seminar ini kami harapkan mampu menambah wawasan masyarakat. <br /><br />MABM siap membantu Pemkab Sintang dalam membangun daerah ini supaya terus melesat maju ke depan.  Kepada seluruh etnis Melayu di Kabupaten Sintang, mari kita bergandengan tangan dengan etnis lain dalam membangun daerah ini” ajak H. Ade Kartawijaya.<br /><br />    <br />Chiril Effendy Ketua Umum MABM Kalimantan Barat memaparkan materi dengan tema Pendidikan Multikultural demi terwujudnya kehidupan sosial yang harmonis. <br /><br />“multikulturalisme merupakan gerakan teologis untuk memahami segenap perbedaan yang ada pada tiap manusia dan memahaminya sebagai hal yang alamiah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan multikultural terbesar di dunia. Multikulturalisme sejalan dengan UUD 1945, Pancasila dan UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional” terang Chiril Effendy.<br /><br />    <br />“untuk itu saya mengajak kita semua untuk mencintai keanekaragaman bahasa, membangun sikap sensitif gender, menenun sikap kritis terhadap ketidakadilan, menghapus diskriminasi etnis, dan menghargai perbedaan kemampuan. itulah yang disebut pendidikan multikultural” tambah Chiril Effendy.<br />    <br />Sementara Datu Haji Sanib bin Haji Said Pengurus Besar Yayasan Budaya Melayu Sarawak Malaysia memaparkan materi dengan tema sumbangan budaya melayu dalam agenda multikultural yang berkeadaban. <br /><br />“kami di Sarawak juga ada banyak suku yang bisa tinggal dengan damai dan harmonis. Kerajaan Malaysia memberikan kebebasan kepada suku-suku yang ada untuk mengaktualisasikan diri. Masing-masing suku bisa menggelar acara seni budaya dan pertemuan yang menghasilkan rekomendasi kepada Kerajaan Malaysia. Karena kami tinggal dengan suku lain, maka kita harus senantiasa bersabar” terang Datu Haji Sanib bin Haji Said.<br />    <br />Akademisi Zainuddin Isman yang memaparkan  materi tentang pengaruh budaya Melayu di Kalimantan Barat  menjelaskan bahwa sejarah masa lalu sudah membuktikan bahwa kita berasal dari satu keturunan. <br /><br />Begitu juga Kabupaten Sintang yang sudah terbukti bisa bersatu karena masyarakatnya memiliki sejarah multikulturalisme yang kuat sehingga menjadi modal untuk bisa membangun Kabupaten Sintang lebih baik lagi. (Hms)</p>