Pertamina Jual Elpiji 2,67 Juta Ton

oleh
oleh

PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, penjualan bahan bakar elpiji selama semester pertama tahun 2013 mencapai 2,67 juta ton. <p style="text-align: justify;">Wakil Presiden LPG dan Produk Gas Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto di Jakarta, Rabu, mengatakan volume penjualan terdiri dari elpiji tabung kemasan 3 kg yang bersubsidi sebesar 2,1 juta ton atau mencakup 79 persen dari total 2,67 juta ton.<br /><br />"Sementara, sisanya sebesar 0,57 juta ton atau 21 persen disumbangkan penjualan nonsubsidi," katanya.<br /><br />Menurut dia, penjualan elpiji semester pertama 2013 itu mengalami kenaikan sekitar enam persen dibandingkan periode sama 2012. Penyebabnya antara lain masyarakat makin tidak khawatir menggunakan elpiji dan makin berkembangnya sektor industri kecil.<br /><br />"Kenaikan konsumsi energi rumah tangga dan industri mikro ini bisa menjadi salah satu indikator peningkatan kesejahteraan dan kemampuan daya beli masyarakat," katanya.<br /><br />Gigih juga menambahkan, selama masa puasa dan Lebaran, konsumsi elpiji diperkirakan naik 8-10 persen menjadi 18 ribu ton per hari.<br /><br />"Kami akan jaga stok sebesar 17 hari yang berarti sangat aman untuk menjamin selama puasa dan Lebaran," katanya.<br /><br />Namun demikian, kenaikan konsumsi elpiji 12 kg akan meningkatkan kerugian bisnis elpiji. Pertamina memperkirakan kerugian bisnis elpiji pada 2013 mencapai Rp6-6,5 triliun atau mengalami kenaikan dibandingkan 2012 sebesar Rp5 triliun. Selain konsumsi, penyebab kenaikan kerugian lainnya adalah peningkatan biaya operasi dan distribusi sebagai akibat kenaikan BBM bersubsidi, upah, dan inflasi.<br /><br />"Kerugian makin besar apabila terjadi kenaikan harga elpiji dunia menyusul krisis di Mesir," ujarnya.<br /><br />Pertamina sudah mengusulkan kenaikan harga elpiji nonsubsidi untuk menekan kerugian, namun belum disetujui pemerintah. Harga elpiji terakhir mengalami kenaikan pada Oktober 2009 dari Rp 5.750 menjadi Rp 5.850 per kilogram. Sementara, biaya produksi elpiji terus mengalami kenaikan dari sebelumnya pada 2009 hanya Rp7.000, kini menjadi Rp10.064 per kg. Dengan demikian, Pertamina menanggung kerugian Rp5.152 per kg. <strong>(phs/Ant)</strong></p>